REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jajaran Western Fleet Quick Response (WFQR), Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) TNI AL terus melakukan pengejaran terhadap kapal yang diduga terlibat dalam insiden perompakan kapal tanker berbendera Singapura, MT Joaquim, di wilayah Selat Malaka, Sabtu (8/8), malam. Kapal dengan nama MT Kharisma 9 diduga kuat terlibat dalam aksi perompakan kepada kapal tanker yang mengakut LCO/Minyak Hitam tersebut.
Menurut Kepala Dinas Penerangan TNI AL, Laksamana Pertama TNI M Zainudin, WFQR berada langsung di bawah komando Koarmabar TNI AL. WFQR atau tim reaksi cepat di lautan ini pun didukung dari berbagai unsur-unsur kekuatan, yaitu berasal dari sejumlah Lantamal, Gugus Tempur Laut (Guspurla) Koarmabar, dan Gugus Keamanan Laut (Guskamla).
Alhasil, tim WFQR Koarmabar menjadi salah satu andalan dalam upaya menanggulangi kejatahan-kejahatan yang terjadi di sekitar wilayah kerja Koarmabar TNI AL, termasuk adanya laporan soal perompakan kapal. ''Tim ini bisa bergerak sangat cepat dalam mengejar dan menangkap pelaku-pelaku tindak kejahatan di lautan,'' ujar Kadispenal saat dihubungi Republika, Senin (10/8).
Terkait kapal yang diduga kuat digunakan oleh para perompak untuk memindahkan muatan dari MT Joaquim, Kadispenal menyebutkan, kapal tersebut bernama MT Kharisma 9. Aparat keamanan pun saat ini terus melakukan pengejaran terhadap kapal tersebut.
Berdasarkan data yang dimiliki TNI AL, kapal MT Kharisma 9 memiliki tanda panggilan JZHL dan memiliki tanda pendaftaran: 2013 HHa 3233/L. Tonage untuk kapal itu pun sekitar 1931 Gross Ton (GT). Kapal MT Kharisma 9 memiliki panjang 82 meter dengan lebar mencapai 13 meter.
Ciri-ciri utamanya adalah memiliki anjungan dengan warna putih dan lambung hitam dengan garis merah. Kadispenal pun mengungkapkan, untuk saat ini kapal dicurigai terus masuk ke dalam wilayah perairan Indonesia. ''Diduga mengarah ke perairan wilayah Indonesia,'' ujar Zainudin.
Selain itu, kapal tersebut juga diduga telah menghubungi broker untuk mencari pembeli hasil muatan yang didapatkan dari aksi perompakan tersebut. Untuk itu, WFQR, lewat Guspurla Koarmabar, akan melakukan sejumlah aksi penyekatan atau pencegatan di sejumlah tempat.
Setidaknya, ada enam kapal yang disiagakan di enam titik utama, yaitu mulai dari perairan di utara Pulau Bintan, Selat Durian, Selat Phillips, Selat Bangka, Selat Rupat, dan di sekitar perairan Pulau Berhala.