Selasa 11 Aug 2015 10:45 WIB

Harga Sayur Mulai Meroket, Ahok Pasrah

Rep: c26/ Red: Bilal Ramadhan
Pedagang tertidur diantara sayur mayur di pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Kamis (23/7).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Pedagang tertidur diantara sayur mayur di pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Kamis (23/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga sayur mayur perlahan mulai meroket seiring musim kemarau yang melanda. Menanggapi hal itu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku tidak ada pilihan lagi untuk antisipasi kenaikan harga sayur mayur dalam jangka pendek.

Menurut Ahok, sapaan akrab Basuki, kenaikan harga itu  hal itu wajar sebab stok sayuran pasti minim. Apalagi di tengah musim kemarau yang melanda di seluruh wilayah tanah air. "Nggak ada pilihan, pasti lebih mahal. Itu hukum dagang. Nggak mungkin impor sayur kan," ujarnya di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (11/8).

Ia menyebutkan dalam waktu singkat tidak ada antisipasi yang bisa dilakukan oleh Pemprov DKI. Di samping suplai terbatas, pedagang pasti akan menaikan harga terlebih saat permintaan naik. Tentu pedagang bisa memanfaatkan untuk meraih keuntungan berlebih dengan stok minim.

Ia berharap pasokan ke depannya akan kembali stabil. Terutama stok dari daerah-daerah yang menjadi pusat pertanian sayur mayur. Sebelumnya di sejumlah daerah di tanah air mulai terkena dampak kenaikan harga sayuran.

Di Depok, menurut salah seorang pedagang rata-rata kenaikan harga sayur mayur mencapai Rp 2.000. Sayur bayam tiga ikat yang tadi Rp 1.000, saat ini hanya dijual per ikat dengan harga mencapai Rp 500-700. Kol yang tadinya Rp 8.000 per kilogram, kini mencapai Rp 10 ribu per kilogram.

Harga cabai merah yang tadinya Rp 80.000 per kilogram, kini menjadi Rp 100 ribu per kilogram. Untuk bawang merah, bawang putih, dan kentang rata-rata harga naik sekitar Rp 2.000 sampai Rp 5.000. Kondisi ini banyak dikeluhkan pembeli. Pasalnya, sayuran juga merupakan kebutuhan pangan pokok bagi masyarakat Indonesia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement