REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisioner Pemantau Komnas HAM Natalius Pigai mengatakan terdapat fakta pada kasus Tolikara pada saat muslim melakukan shalat Idul Fitri diserang oleh 15 ribu orang. Selain itu, terdapat fakta bahwa penyerangan tersebut tak satupun muslim terkena lemparan batu.
Anggota Subkom Pemantauan Tolikara ini menuturkan, ada dua aspek dalam menyikapi kasus di Tolikara yakni intoleransi agama dan penembakan massa.
“Memang ada fakta, Muslim yang sedang beribadah itu diserang oleh 15.000 orang. Tapi ada juga fakta dari sekian banyak massa yang menyerang, tak satupun Muslim yang terkena lemparan batu. Tidak ada muslim yang sedang shalat terkena lemparan,” katannya, kemarin (10/8).
Fakta kedua, sambung Natalius Pigai, aparat melakukan penembakan yang mengakibatkan 12 orang luka-luka dan di antaranya satu orang tewas.
Fakta ketiga, terjadi penembakan dan pembakaran kios yang merembet ke musholla. Dan tidak ada niat, keinginan, dorongan dan kebencian dari massa terhadap Muslim. “Secara umum, tidak ada kebencian yang massif dan terencana,” katanya.
Pigai menambahkan, aparat manapun yang melakukan penembakan harus diusut dan pelaku penyerangan. Natalius Pigai datang menghadiri wartawan usai jumpa pers yang digelar Komnas Ham untuk diwawancarai seputar Tragedi Tolikara.
Ia sengaja tidak hadir dalam jumpa pers tersebut. Natalius mengatakan, alasannya tidak hadir dalam jumpa pers lantaran ingin bersikap objektif. Hal itu ia ungkapkan karena dirinya merasa sebagai warga Papua sehingga mempunyai kewenangan untuk kasus tersebut.