REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesulitan pada akhirnya akan membawa kenikmatan. Insiden pembakaran masjid di Tolikara saat umat Muslim merayakan Idul Fitri 1 Syawal 1436 Hijriah membuat luka begitu dalam di hati umat Islam Indonesia. Namun karena kejadian itu, di Tolikara sedang dibangun masjid baru yang lebih megah.
Presiden Direktur Dompet Duafa, Ahmad Juwaini menjelaskan, hingga saat ini proses pembangunan masjid pengganti sudah mencapai 20 persen. Masjid pengganti ini sudah memiliki fondasi dan rangka, meski belum terpasang dinding.
Ahmad mengaskan, Tolikara akan masuk daftar jangka panjang yang akan mendapatkan perhatian dari Dompet Duafa meski pembangunan mesjid telah dilakukan. “Kami juga memberikan pelayaanan kesehatan juga, pendidikan ya, dakwah sudah pasti, “ katanya pada acara Halal Bi Halal di Menara 169, Jakarta, Rabu (12/8).
Berbagai organisasi Islam dan kemanusian turun tangan membantu korban dan mencoba memulihkan kembali luka yang tertanam. Dompet Duafa adalah salah satu lembaga yang turun pertama kali setelah kejadian Tolikara. “Setalah kejadian, esok harinya kami langsung turun ke Tolikara,” ujar.
Dompet Duafa dengan beberapa organisasi lain merancang sebuah bangunana masjid yang memang disesuaikan dengan keinginan masyarakat Tolikara. Menurutnya, Masyarakat Tolikara terbiasa dengan bangunan semi permanen seperti menggunakan dinding bambu. “Kita mengirim barang-barang, kalau kita ngirim uang takutnya tidak tersampaikan dengan baik,” katanya.
Ia mengatakan,bahwa kejadian ini sagat menunjukan rasa tolong menolong umat Muslim. Sebanyak Rp 1,7 miliar terkumpul dalam waktu dekat. Setelah dana yang terkumpul dari para relawan habis, Dompet Duafa akan mengeluarkan dana sendiri untuk kelanjutan program-program mereka di Tolikara.
Sebelum memulai membangun pengganti masjid bagi umat Muslim Tolikara, Dompet Duafa mengajak mereka untuk sholat Jumat berjamaah. Dompet Duafa mengajak kembali Muslim Tolikara untuk merintis ibadah berjamaah dan menanamkan rasa aman pada diri mereka ketika beribadah.