REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tempat nongkrong adalah kebutuhan kaum muda. Apalagi di kota metropolitan, seperti Jakarta. Direktur Pusat Kajian Hadits (PKH) Jakarta, Dr Ahmad Lutfi Fathullah mengungkapkan pentingnya menciptakan tempat nongkrong yang Islami bagi kaum muda.
“Tempat nongkrong yang positif adalah tempat didengungkan atau dilantunkannya ayat-ayat Allah SWT,” kata Ahmad Lutfi kepada Republika, Rabu (11/8).
Lutfi menjelaskan, tempat itu bisa diartikan tempat belajar ngaji atau kajian, tapi tidak terbatas pada itu. Menurut Lutfi, daya tariknya kurang kalau hanya sekadar diskusi.
Untuk mengakomodasi minat anak muda, tempat nongkrong Islami ini perlu disesuaikan dengan minat komunitas sasaran. Yang minatnya di bidang teknologi, beri fasilitas untuk mengembangkan teknologi. Kelompok yang suka seni budaya, beri wadah teater atau wadah seni budaya.
Intinya, sambung alumnus Pondok Modern Gontor Ponorogo ini, mengalihkan efek negatif tempat nongkrong menjadi kegiatan yang lebih produktif. ''Karena itu, menciptakan tempat nongkrong yang Islami membutuhkan dana dan kesungguhan dalam mengelola,'' kata Lutfi.
Lutfi mengaku pernah membuat tempat tongkrongan semacam itu, tapi tidak berkelanjutan. Pasalnya, tidak mudah untuk mengimbangi keinginan anak muda.
Lebih lanjut, Lutfi menambahkan, dai yang fokus menggarap segmen dakwah di kalangan anak muda ini masih kurang. “Yang kurang ini sekarang orang yang memberikan pembinaan kepada anak muda dengan fasilitas yang mereka mau,” kata Lutfi menjelaskan.