REPUBLIKA.CO.ID, VRPOLJE -- Warga Kroasia menolak mempercayai laporan salah satu warganya menjadi korban eksekusi militan di Mesir. Tomislav Salopek (30 tahun) dikabarkan menjadi orang Kroasia pertama yang dipenggal ISIS.
"Tidak, tidak, tidak," kata salah seorang warga Vrpolje, Goran Blazanovic saat ia duduk di kafe yang dipenuhi wajah pucat, Rabu (12/8).
Para tamu kafe di kota tersebut tampak sibuk dengan mengganti-ganti portal berita di layar ponsel cerdas mereka, mencari tanda-tanda yang akan memberi mereka harapan laporan tersebut adalah keliru.
"Tidak ada yang terbukti. Kami berharap dia akan kembali ke rumah untuk istri dan anak-anaknya," Blazanovic bersikeras.
Salopek yang bekerja dengan perusahaan multinasional Prancis CGG diculik pada 22 Juli di Mesir. Ia kemudian muncul pada Ahad lalu dalam video militan ISIS sebagai sandera yang menuntut Mesir untuk membebaskan 'perempuan Muslim'. Istilah ini mengacu pada tahanan perempuan yang terlibat dalam penggulingan Presiden pada 2013
Kemudian pada Rabu (12/8), simpatisan ISIS mengedarkan sebuah gambar pada media sosial yang menunjukkan tubuh Salopek dipenggal. Gambar atau informasi tentang eksekusi tersebut tidak dapat diverifikasi secara resmi.
Kroasia berharap diplomasi akan menang dan warga mereka akan pulang ke keluarganya.
Perdana Menteri Kroasia Zoran Milanovic mendesak masyarakat tidak mengekspos gambar mengerikan itu kepada anak-anak.
"Kita tidak bisa 100 persen mengonfirmasi itu adalah benar, tetapi apa yang kita lihat tampak mengerikan," ungkapnya.
Dalam situasi ketidakpastian ini, Presiden Kroasia Kolinda Grabar-Kitarovic meminta negaranya terus mencari Salopek. Doa bersama pun dilakukan warga Vrpolje untuk keselamatan ayah dua anak tersebut.
"Hal ini masih belum dikonfirmasi secara resmi dan kami akan berdoa untuk Tomislav malam ini seperti yang kita lakukan setiap malam," kata imam lokal Ivica Krizanovic yang telah menyelenggarakan doa untuk Salopek.