REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dahulu sebelum dibongkar, Kramat Tunggak banyak didatangi para pendatang.Kini, para pendatang itu menyebar.
Pembina Anak dan Remaja JIC, Muhammad Hasyim mengatakan, setelah lahan seluas 11 hektar dibebaskan atau dibeli Pemda, lalu para PSK dikembalikan ke daerah masing-masing. Namun, sebagian orang yang ingin bekerja dipekerjakan sesuai keahlian mereka.
Seperti lulusan setingkat SD, mungkin mereka hanya menjadi pegawai kebersihan. Sedangkan beberapa orang yang dulu menjadi jeger dijadikan petugas keamanan JIC. "Banyak orang tersebut kini telah berusia lanjut atau pergi," kata dia.
Menurut Hasyim, Jakarta Islamic Center dibangun bukan hanya sekedar ikon melainkan penggerak dakwah di wilayah bekas Kramat Tunggak. Karena itu, JIC menyiapkan berbagai fasilitas dan kegiatan dimana masyarakat dapat memanfaatkannya.
"Seperti program pelatihan managemen masjid, trainer untuk guru, kursus bahasa inggris didukung software, pelatihan kepemimpinan, pelatihan ekonomi syariah dan program lainnya. Selain itu, ada perpustakaan, pusat pendidikan dan sekolah yang akan dibangun. Kendati demikian pendidikan berbasis lifeskill telah ada, seperti pengembangan dalam bidang IT," kata dia.
Sedangkan sekolah formal seperti PAUD sudah ada, yang belum ada adalah SMP dan SMA. Namun SMK akan digagas tahun ini, karena gedungnya sudah ada dan tinggal menyusun kurikulum, membuat perizinan dan mencari murid. Harapan Hasyim, jika SMK telah dibangun pendidikan ini akan free. karena dikhususkan untuk anak yang tidak mampu, namun memeliki kemauan besar untuk belajar.
Program unggulan di bidang sosial budaya pun disajikan oleh JIC. Yaitu, Festival Maulid Nusantara, Pekan Islam Ibukota, pengelolaan zakat, penguatan ekonomi jamaah masjid, layanan keumatan bagi masyarakat sekitar dan layanan konsultasi masyarakat.
Harapan JIC dibangun adalah untuk merubah imej daerah Koja, dari hitam menjadi putih (min al-dzulumaat ila an-nuur). "Itu adalah filosofi yang sangat dalam," ungkapnya.