REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Social preneurs sudah menjadi trend di berbagai belahan dunia. Banyak orang sehat melakukan usaha guna menghimpun donasi untuk orang-orang sakit atau kurang beruntung.
Social preneurs menjalankan misi lebih baik menghimpun dana kemanusiaan daripada cara-cara konvensional dengan 'memanjangkan tangan' lewat kasir mini/supermarket atau memasang stand penggalangan dana di mal-mal.
Di Bandung pun, kata Ketua SDF Dian Syarif, ada social preneurs unik yang justru diinisiasi oleh orang-orang sakit. Sekelompok aktivis dan penyandang Lupus dari Syamsi Dhuha Foundation, kata dia, menghimpun dana kemanusiaan dengan social preneurs sejak lama.
“Kemandirian menghimpun modal sosial kemanusiaan SDF sudah dirasakan manfaatnya lewat distribusi beasiswa setiap tahun untuk biaya kuliah dan penelitian,” ujar Dian, Jumat (14/8)
Karena itu, kata Dian, memasuki satu dasawarsa, SDF melakukan terobosan lebih berani untuk menyebarkan semangat social preneurs lebih luas dengan mempersembahkan kompetisi ‘Anugerah Jawara Wirausaha Sosial Bandung 2015’. Kompetisi social preneurs pertama di Indonesia ini, kata dia, menawarkan penyertaan modal usaha Rp 100 juta hingga Rp 300 juta untuk para pemenang.