REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Jakarta Islamic Centre (JIC) akan mendirikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK Multimedia itu direncanakan dibuka tahun depan. “Insya Allah SMK JIC menerima siswa mulai tahun ajaran 2016/2017. Perda untuk pendirian SMK tersebut sudah keluar,” kata Kepala Badan Manajemen Jakarta Islamic Centre (JIC) KH Drs Ahmad Shodri, Rabu (12/8).
Shodri mengungkapkan hal tersebut pada forum Halaqah Ulama Ibukota Jakarta yang digelar di Covention Hall Jakarta Islamic Centre (JIC) Jakarta Utara. Halaqah yang dibuka oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama itu dihadiri ratusan ulama dari ibukota.Juga hadir ulama dari Cina, Syekh Abu Bakar.
Gedung SMK tersebut berlokasi di kompleks JIC. “Sesuai arahan gubernur, SMK Multimedia itu berbasis agama atau pesantren,” ujar Shodri pada halaqah yang mengusung tema “Peran Ulama dalam membangun ibukota melalui Jakarta Islamic Centre".
Shodri menambahkan, salah satu muatan utama SMK JIC tersebut adalah tahfizh Qur’an dan bahasa Arab. “Insya Allah, lulusan SMK JIC tidak hanya hafizh Qur’an, tapi juga fasih berbahasa Arab,” tutur Shodri.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama saat meresmikan halaqah ulama tersebut mengatakan, ia ingin agar SMK JIC tersebut berbasis agama. “Sehebat-hebatnya IQ atau kecerdasan otak seseorang kalau SQ atau kecerdasan spiritualnya nya tidak bagus, maka akan kurang baik,” ujar gubernur yang akrab dipanggil Ahok itu.
Basuki berharap, siswa SMK JIC tidak hanya hapal Alquran, tapi juga fasih berbahasa Arab. “Saya ingin anak-anak lulusan SMK pesantren JIC hapal beberapa juz Alquran dan juga fasih bahasa Arab,” papar Basuki.
Basuki menambahkan, pihaknya ingin supaya JIC membangun sebuah pemondokan untuk siswa-siswi SMK tersebut. “Apalagi, area JIC kan luas sekali, yaitu sampai 12 hektare. Jadi, modelnya nanti seperti sekolah Husni Thamrin begitu," papar Basuki Tjahaja Purnama.
Halaqah ulama ibukota Jakarta tersebut menampilkan lima pembicara. Mereka adalah budayawan Betawi Ridwan Saidi, Kepala LAPAN Prof Dr Thomas Djamaluddin, Dr Habib Ali Hasan Al-Bahar, redaktur harian Republika Irwan Kelana, serta pengamat dan peneliti budaya Betawi Yahya Andi Syahputra.