REPUBLIKA.CO.ID, TIANJIN -- Hampir 100 orang korban ledakan gudang kimia di kota pelabuhan Tianjin, Cina, belum ditemukan. Sekitar 85 dari 95 korban yang masih hilang tersebut merupakan pemadam kebakaran.
Dilansir BBC News, Ahad (16/8), setidaknya 112 orang dinyatakan tewas dalam ledakan dan ratusan lainnya masih menjalani perawatan di rumah sakit. Beberapa mayat yang ditemukan telah diidentifikasi.
Pada konferensi pers Ahad pagi, para pejabat mengatakan mereka telah mengidentifikasi 24 orang korban tewas. Para ahli sedang melakukan tes DNA untuk membantu mengidentifikasi sisa korban.
Setidaknya 21 petugas pemadam kebakaran termasuk di antara korban tewas. Sementara itu, dari 721 korban terluka sekitar 25 di antaranya kritis dan 33 lainnya dalam kondisi serius.
Jumlah korban tewas dari kalangan petugas keamanan, menjadikannya bencana paling mematikan bagi petugas pemadam kebakaran Cina selama lebih dari enam dekade. Sekitar 1000 petugas pemadam kebakaran dikirim untuk mengatasi kebakaran akibat ledakan.
Sekitar 85 di antara mereka belum ditemukan. Puluhan kerabat korban hilang protes. Mereka mengatakan, belum menerima informasi yang cukup dari pemerintah pasca ledakan.
"(Mereka) tak mengatakan apapun. Kami tak tahu apa-apa. Kami tak diberitahu apa-apa," kata seorang perempuan di luar Hotel Mayfair di mana pemerintah mengadakan konferensi pers reguler.
Pria lain juga menuntut hal yang sama. Ia meminta informasi dari seorang pejabat pemerintah. "Kami sudah di sini selama tiga hari, dan kami tak punya sedikit pun informasi," katanya.
Pada Ahad, seorang perwira militer senior Jenderal Shi Luze juga telah mengkonfirmasi adanya kehadiran gas kimia beracun sodium sianida di lokasi kejadian.
Ia mengatakan, ada beberapa ratus ton telah diidentifikasi di dua lokasi di zona ledakan. Dia juga mengatakan, 3.000 tentara telah dikirim ke zona bencana untuk membersihkan kebocoran bahan berbahaya.
Sodium sianida merupakan bahan kimia beracun yang dapat membentuk gas yang mudah terbakar jika kontak dengan air.
Sebelumnya laporan media pemerintah mengatakan, gudang tersebut menyimpan 700 ton bahan kimia. Jumlah tersebut 70 kali melebihi standar yang diperbolehkan untuk menyimpan bahan itu dalam satu waktu.