REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) periode 2015-2020 Bambang Sudibyo mengungkap ada dua tantangan yang harus dihadapi. Dua tantangan itu pengumpulan dan distribusi.
Soal pengumpulan zakat, menurut Bambang, Baznas perlu mendorong masyarakat yang belum membayar zakat untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang Muslim. Tantangan lain dalam pengumpulan adalah munculnya kebiasaan masyarakat menjadi amil sendiri dari zakatnya.
Dengan membayar zakat lalu membagikan sendiri, Bambang khawatir tidak bisa terjadi agregasi kekuatan zakat.
"Kalau zakat terkumpul akan jadi kekuatan finansial yang dahsyat," katanya.
Pada periode sebelumnya, Baznas meniliti potensi zakat Indonesia mencapai angka Rp 217 triliun. Meski begitu, Bambang menilai penelitian itu tidak tepat karena belum memerhatikan indeks gini atau kesenjangan.
Bambang menyatakan saat ini indeks gini Indonesia berada pada angka 0,42. Artinya, terang Bambang, 42 persen dari aset dikuasai satu persen terkaya dan satu persen itu biasanya non muslim. Menurut Bambang, angka itu berarti masih cukup tinggi. Bambang mengaku hal itu perlu dikoreksi. Meski begitu, potensi zakat menurut bambang masih cukup besar.
"Saya kira potensi zakat masih sekitar 150 triliun. Itu cukup besar," ujarnya.
Untuk mengumpulkan potensi itu, Bambang menyebut pihak perlu mendorong masyarakat yang belum membayar zakat mau membayar zakat. Sedangkan bagi masyarakat yang sudah membayar zakat ke depannya membayar lewat lembaga resmi agar menjadi kekuatan zakat.