REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Total kerugian akibat ledakan di kota pelabuhan Tianjin Cina bisa mencapai lebih dari 1-1,5 milyar dolar AS. Analis Credit Suisse mengatakan angka tersebut hanya perkiraan awal.
"Ini masih sangat dini untuk menentukan tingkat kerugian yang diasuransikan," kata analis Arian van Veen, Senin (17/8) dikutip beberapa laporan media Cina. Arian memperkirakan angkanya bisa lebih besar dari yang disebutkan.
Perusahaan asuransi termasuk Zurich dan Allianz mengatakan mereka telah menerima klaim dari klien yang terkena dampak ledakan. Namun belum bisa memperkirakan potensi kerugian.
Kerugian juga dirasakan oleh penduduk sekitar yang rumahnya hancur karena ledakan 12 Agustus lalu. Mereka menuntut pemerintah memberikan kompensasi atas kerusakan tersebut.
Puluhan orang berkumpul di depan Mayfair Hotel tempat konferensi pers untuk melakukan protes. Mereka juga menuntut perusahaan karena membangun gudang bahan kimia secara ilegal dekat dengan permukiman warga.
Menurut media lokal, sekitar 6.000 orang terpaksa mengungsi karena efek ledakan dan sekitar 17 ribu rumah dilaporkan rusak.
Sementara, Perdana Menteri Cina Li Keqiang mengunjungi para korban ledakan pada Senin (17/8). Korban luka akibat insiden tercatat 721 orang, 25 orang diantaranya dalam kondisi kritis dan 33 dalam kondisi serius.
Li juga bertemu dengan tim pemulihan dan pengawasan lingkungan yang mengamankan lokasi bekas insiden. Sebagian besar diantaranya telah rata dengan tanah dan menghitam karena hangus terbakar.
Korban tewas telah mencapai 114 orang dan diperkirakan masih akan bertambah seiring upaya evakuasi. Sekitar 24 korban tewas berhasil diidentifikasi pada Ahad dan akan menjalani tes DNA lebih lanjut.
Penyelidikan masih dilanjutkan untuk menentukan penyebab pasti bencana tersebut.