Selasa 18 Aug 2015 21:15 WIB

Perasuransian Syariah Diprediksi Tumbuh 25 Persen

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Asuransi syariah, ilustrasi
Asuransi syariah, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri perasuransian syariah diprediksi tumbuh 25 persen tahun ini. Ketua Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) Adi Pramana menyatakan di awal tahun, industri asuransi syariah tumbuh cepat, tapi melambat menjelang tengah tahun.

AASI mencatat, industri tumbuh 19 persen pada triwulan pertama 2015 dan turun menjadi 15 persen di triwulan dua. Prediksi awal pertumbuhan industri akan mencapai 30 persen, tapi berbagai faktor membuat pertumbuhan diprediksi akan mencapai 25 persen.

Membandingkan dengan industri lain, dari pengamatannya, Adi melihat kala industri otomitif lesu, ada satu perusahaan yang tetap tumbuh cepat karena rajin meluncurkan produk baru sehingga pangsa pasar mereka naik. ''Agaknya asuransi syariah perlu meniru iru. Karena kalau tidak, pangsa pasar bisa turun,'' kata Adi.

Kuncinya ada pada peningkatan kreativitas di tengah kondisi saat ini. Pelaku juga harus tenang, tetap percaya diri dan saling membantu.

''Di kepengurusan, ada banyak program. Pun ada beberapa RPOJK yang masih dibahas dan produk-produk baru termasuk yang ada dalam konsorsium. Karena itu, penting untuk bahu membahu memajukan bersama industri,'' tutur Adi.

Di banyak negara, kalau industri keuangan syariah dibiarkan akan ada jeda sampai ada regulasi baru yang dorong. Karena itu asosiasi terus diskusi dengan regulator untuk menutup jeda itu.

Jika industri keuangan syariah nasional, termasuk asuransi syariah di dalamnya, ditargetkan punya pangsa pasar 20 persen pada 2025, maka tiap tahun pertumbuhannya harus 100 persen per tahun.

Menurutnya, pasar masih terbuka dan masih ada pemain baru yang mau masuk industri ini. Adanya perubahan uang muka kendaraan bermotor oleh OJK nembuat pembiayaan kendaraan, terutama roda dua, bergeliat kembali meski belum signifikan dampaknya bagi industri.

Melihat ekonomi nasional yang juga mulai tumbuh, Wakil Ketua AASI Bidang Riset dan Statistik Taufik Marjuniadi juga optimistis. Banyak yang masih belum digarap seperti asuransi haji dan umrah.

Terlebih uang muka pembiayaan motor syariah lebih kecil dari konvensional, meski ini pun terpengaruh turunnya belanja masyarakat.

Data klaim juga menunjukkan adanya kenaikan 22,03 persen per Juni 2015. Peningkatan signifikan ada pada reasuransi syariah sebesar 70,06 persen dan asuransi jiwa 30 persen.

Klaim asuransi umum syariah justru turun 14,26 persen. ''Melihat ini perusahaan asuransi perlu berhati-hati. Perusahaan dituntun mengelola kontribusi dengan baik diiringi kehati-hatian atas risiko,'' kata Taufik.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement