REPUBLIKA.CO.ID, Laporan Erik Purnama Putra dari Milan, Italia
Keikutsertaan Paviliun Indonesia di Milan Expo 2015, tidak bisa dilepaskan dari sosok almarhum Didi Widiatmoko. Seniman yang akrab dipanggil Didi Petet tersebut menjadi figur sentral yang layak dihormati. Pasalnya, berkat perjuangan kerasnya maka Paviliun Indonesia bisa berpartisipasi di ajang promosi negara terbesar di dunia tersebut.
Tidak salah, ketika puncak peringatan hari ulang tahun (HUT) RI ke-70 digelar di Auditorium Milan Expo 2015, panitia memberikan penghargaan khusus kepada Didi Petet. Dalam acara yang dibawakan VJ Daniel Mananta tersebut, ditampilkan sesi in memoriam Didi Petet 1956-2015, yang dapat dilihat ratusan warga Indonesia yang bermukim di Italia dan Eropa.
Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Nus Nuzulia Ishak ketika disinggung tentang peringatan upacara kemerdekaan malah teringat almarhum Didi Petet. Dia yang tahu dedikasi almarhum dalam memperjuangkan keikutsertaan Paviliun Indonesia, secara mendadak tidak bisa berkata-kata dengan lancar. "Saya ingat Didi Petet, saya ingat perjuangannya buat mengharumkan nama Indonesia," ujar Nur katanya sambil terisak.
Didi Petet yang meninggal pada 15 Mei lalu, tidak lama setelah Milan Expo 2015 dibuka berstatus sebagai ketua Koperasi Pelestari Budaya Nasional (KBPN). Ketika itu, masyarakat diributkan dengan kabar Paviliun Indonesia yang tidak siap ikut event lima tahunan tersebut. Muncul pula kabar adanya korupsi yang membuat Paviliun Indonesia tidak seperti yang diharapkan.
Meski akhirnya didanai penuh pihak swasta, yaitu kolaborasi KPBN dan Artha Graha Peduli (AGP), hingga menjelang hayatnya Didi Petet bertekad agar Indonesia tetap hadir sebagai peserta. Nus pun menyebut, nasionalisme mantan pemeran Si Kabayan Saba Kota itu tidak perlu diragukan lagi. "Ada merah putih di dadanya," kata Nus.
Direktur Paviliun Indonesia Budiman Muhammad masih teringat dengan pesan almarhum. Menurut dia, Didi Petet tidak ingin Indonesia kehilangan momentum untuk mempromosikan potensi dan sumber kekayaan alam kepada masyarakat dunia.
"Kalau Timor Leste yang merupakan pecahan Indonesia saja bisa ikut serta, masak kita tidak. Apalagi kita sampai saat ini sulit untuk menjadi peserta Piala Dunia dan Olimpiade, mengapa kesempatan di depan mata (Milan Expo 2015) tidak kita ambil," kata Budiman mengutip pernyataan almarhum.
Milan Expo 2015 yang mengangkat tema 'Feeding the Planet, Energy for Life' ini digelar di kawasan Rho, sekitar 30 menit dari pusat Kota Milan dan menempati areal seluas 110 hektare. Event terbesar ketiga di dunia setelah Piala Dunia dan Olimpiade tersebut diikuti 148 negara yang berlangsung dari 1 Mei sampai 31 Oktober 2015.
Paviliun Indonesia mengangkat konsep Stage of the World untuk menunjukkan kepada dunia tentang potensi besar Tanah Air. Karena itu, di pintu masuk di pajang badak Jawa bercula satu. Sementara di dalam paviliun, dipamerkan pulau yang berjejer dari Sabang sampai Merauke, di mana di atasnya ditaburi rempah-rempah.
Tidak sedikit pengunjung yang mencomot, mencium baunya yang khas, dan ada juga yang membawa pulang rempah-rempah, khususnya lada untuk dijadikan sebagai souvenir. Hingga tanggal 17 Agustus, sudah 750 ribu pengunjung yang mendatangi Paviliun Indonesia.
Paviliun Indonesia berdiri di area seluas 1.175 meter persegi dengan luas bangunan 650 meter persegi. Setiap pengunjung yang ingin menjelajahi paviliun akan langsung disambut dengan ikon badak Jawa bercula satu yang berada di samping pintu masuk.