REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) membahas kemungkinan penggunaan pesawat berbahan bakar nabati. Hal itu didiskusikan para pakar dalam acara The 2nd International Green Aviation Conference (IGAC) di Kuta, Bali.
"Kita berusaha mengurangi emisi karbon dari kegiatan transportasi udara," kata Menhub Ignasius Yonan, usai membuka acara, Rabu (19/8).
Kegiatan diskusi yang melibatkan para ahli lingkungan, akan berlangsung tiga hari, hingga 21 Agustus. Pertemuan kali ini adalah yang kedua, setelah pertemuan pertama juga dilangsungkan di Bali pada 2013.
Yonan menyebutkan, tiga masalah utama dibahas dalam pertemuan IGAC ke-2. Selain penggunaat pesawat berbasis bahan bakar nabati, juga masalah skema perdagangan karbon dan peningkatan prosedur operasi penerbangan.
IGAC 2015 dihadiri sekitar 160 peserta dari berbagai negara. Mereka antara lain terdiri dari kalangan operator pesawat udara, operator bandar udara, otoritas penerbangan, asosiasi penerbangan. Pembicara dalam diskusi sebanyak 21 orang, yakni 11 orang dari Indonesia dan 10 lainnya pembicara internasional.
Sementara itu Dirjen Pengendalian Pengelolaan Sampah Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya Kementerian Lingkungan Hidup, Tuti Hendrawati, menyebutkan, melalui diskusi itu diharapkan adanya kesadaran untuk menekan emisi karbon.
Indonesia sendiri menargetkan bisa mengurangi sebanyak 26 persen emisi rumah kaca pada 2020. "Di langit kita kan masih bolong-bolong, itu kan akibat emisi rumah kaca. Tentunya setiap negara melakukan upaya yang sama, mengurangi emisi gas buang," katanya.