REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Warga Nahdliyin dinilai sebagai sebuah komunitas akar rumput yang unik.
“Saya masuk di sidang Muktamar NU (Nahdlatul Ulama), yang nampak itu asap, sarung, dan sandal,” ujar Profesor Universitas Chiba Jepang Mitsuo Nakamura dalam acara diskusi di Universitas Al-Azhar Jakarta, Selasa (18/8).
Profesor berusia 82 tahun ini mengaku, ada yang unik dalam Muktamar NU di Jombang pada 1-5 Agustus lalu. Ia menemukan bahwa NU yang sangat dekat dengan ketradisionalan masyarakatnya, sekaligus menemukan unsur teknologi modern di dalamnya.
“Walaupun pakaian begitu, ada yang membaca kitab kuning melalui komputer, ini mengesankan,” ujar Nakamura.
Sedangkan saat menghadiri Muktamar Muhammadiyah, dia tidak menemukan sarung seperti yang dipakai oleh kaum Nahdliyin beserta asap rokok. Ia hanya menemukan orang-orang yang menggunakan dasi, batik, celana, dan sepatu.
Dalam pandangan Nakamura, perbedaan yang nampak dari gaya hidup tadi terbentuk karena sejarah tradisi, dan lingkungannya.