Rabu 19 Aug 2015 19:06 WIB

Jutaan Orang di Myanmar Masih Mengungsi Akibat Banjir

PKPU memberikan bantuan untuk korban banjir Myanmar.
Foto: PKPU
PKPU memberikan bantuan untuk korban banjir Myanmar.

REPUBLIKA.CO.ID, MYANMAR -- Banjir musiman dan tanah longsor yang terjadi terus-menerus selama bulan Juli dan Agustus menyebabkan lebih dari 1,3 juta penduduk Myanmar dalam kondisi kritis. Akibat musibah ini, hampir 300.000 keluarga masih berada di pengungsian.

Bantuan kepada korban banjir berdatangan, salah satunya dari inonesia melalui lembaga kemanusiaan PKPU. Sesuai hasil koordinasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Yangon dan mitra lokal di Myanmar, PKPU tengah mempersiapkan bantuan untuk wilayah dengan rasio terdampak yang paling tinggi.

Bentuk bantuan akan berfokus pada aspek pemenuhan kebutuhan dasar dan layanan perlindungan khususnya pengungsi. Selain bantuan ini, PKPU sejak tahun 2012 aktif menyalurkan bantuan untuk Pengungsi Rohingya di Negara Bagian Rakhine dan korban Topan Nargis di Myanmar. ‎

Sebelumnya, tim PKPU dan KBRI diwakili oleh Sigit Witjaksono selaku Counsellor Kedutaan Besar Republik Indonesia di Yangon menyerahkan bantuan secara simbolik kepada HE U Thein Aung selaku Perdana Menteri Negara Bagian Ayeyarwady di kantor kementrian setempa

Kebutuhan kemanusiaan yang paling mendesak adalah menyelamatkan nyawa di lokasi terdampak dengan penyediaan kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, tempat tinggal, akses ke perawatan kesehatan dan sanitasi yang memadai, serta layanan perlindungan bagi kelompok yang paling rentan, termasuk perempuan, bayi, anak-anak, dan orang tua.

Setelah pemerintah mengumumkan membuka diri untuk bantuan internasional, maka pada tanggal  4 Agustus 2015, beberapa negara dan pemerintahan secara  bilateral memberikan bantuan kemanusiaan ke Myanmar. Pemerintah, yang didukung oleh PBB, organisasi masyarakat sipil, LSM, sektor swasta, dan individu terus memimpin upaya tanggap darurat.

Menurut Dewan Penanggulangan Bencana Nasional (NDMC), dampak daerah yang terkena banjir dan Topan Komen terletak pada mata pencaharian dan pasar, serta layanan perlindungan. Banjir telah menghancurkan lebih dari satu juta hektar lahan pertanian. Penilaian awal di Rakhine menunjukkan bahwa banjir dan air garam telah merusak panen padi. Kerusakan tanaman dan lahan secara signifikan akan merusak produksi pertanian, mempengaruhi pasar, dan selanjutnya memperburuk situasi keamanan pangan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement