REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI), Tengku Zulkarnain mengatakan, selama ini tak pernah terjadi perebutan posisi Ketua Umum di MUI.
"Kita musyawarah saja, siapa yang mau jadi Ketum dipersilakan. Apanya yang mau diperebutkan, Ketum MUI itu tak digaji serupiahpun, tak mendapat tunjangan, tak menjadi menteri, tak berhubungan dengan politik," katanya, Rabu, (19/8).
Dia menjelaskan, semua pengurus harian MUI tak digaji dari Ketua Umum, Wakil Ketua, Sekjend, Wasekjend. Kerja di MUI adalah sukarela untuk beramal saja makanya tak ada yang berebut.
Setiap pergantian ketua tak pernah ada gejolak. Semua dilakukan dengan rasa gembira. "Belum pernah ada sejarahnya rebutan posisi Ketua Umum. Muhammadiyah maupun NU tak bersaing, semua berkontribusi khidmat," ujar Tengku. "Wakil dari NU maupun Muhammadiyah pernah menjadi Ketua Umum MUI. Almarhum Buya Hamka dari Muhamamdiyah, sedangkan Sahal Mahfud dari NU."