REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto berjanji memperkuat perlindungan bagi wartawan dan pendukung hak asasi manusia setelah pembunuhan keji atas seorang juru foto terkemuka dan pegiat, Rabu (19/8).
Dalam tanggapan umum pertamanya setelah pembunuhan pada 31 Juli lalu itu, Pena Nieto mengatakan telah memerintahkan Kementerian Dalam Negeri memperkuat perlindungan bagi pegiat hak asasi dan wartawan.
"Cara perlindungan" adalah kegiatan untuk menjaga lebih dari 400 wartawan dan pegiat di Meksiko, salah satu negara paling berbahaya di dunia untuk keduanya.
Pemerintah di bawah tekanan untuk mengatasi masalah tersebut sejak wartawan foto Ruben Espinosa, pegiat hak asasi manusia Nadia Vera, dan tiga korban lain ditemukan mati pada 31 Juli di rumah susun kota Meksiko dengan tangan terikat dan di tubuh mereka terdapat tanda penyiksaan.
Saat menyampaikan pidato pembukaan pada konferensi jaksa nasional, Pena Nieto mengatakan ia tidak meragukan penyidik akan berkomitmen untuk melipatgandakan upaya mereka dalam memecahkan kasus ini.
Menurut Reporters Without Borders, sejak 2000 sebanyak 89 wartawan telah tewas dan 17 telah menghilang di Meksiko. Pena Nieto tidak memberikan rincian tentang apa yang akan diperbaiki dan dilakukan untuk program perlindungan di mana telah mendapatkan kritik tajam karena dianggap tidak efektif.
Pada pekan ini, hampir 500 tokoh penulis, seniman, dan intelektual menyuarakan kemarahan mereka atas kegagalan negara itu untuk melindungi wartawan yang melaporkan kekerasan narkoba dan korupsi. Dalam kelompok tersebut terdapat penulis asal Inggris Salman Rushdie, Paul Auster dari Amerika Serikat, dan Margaret Atwood dari Kanada.