REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Pembicaraan antara Korea Utara dan Selatan rencananya akan kembali dilanjutkan setelah sempat tertunda. Pembicaraan dinilai sebagai angin segar di tengah meningkatnya ketegangan antara kedua negara.
Dilansir Aljazirah, para pejabat militer senior dari Selatan dan Utara rencananya akan kembali bertemu pada Ahad (23/8) untuk meredakan ketegangan. Pembicaraan rencananya dimulai pada pukul 03.00 sore waktu setempat.
Kedua pihak sebelumnya telah mencoba bertemu untuk meregakan ketegangan di desa perbatasan Panmunjom pada Sabtu (22/8) malam. Namun pertemuan ditunda selama sekitar 10 jam, dan rencananya akan kembali dilanjutkan.
Kantor Kepresidenan Korea Selatan mengatakan Kepala Keamanan Nasional Negara Kim Kwan-Jin bersama Menteri Unifikasi Hong Yong-Pyo sedang melakukan pembicaraan dengan Pejabat Tinggi Politik Tentara Rakyat Korea Utara Hwang Pyong So dan pejabat senior Korea Utara yang khusus menangani urusan Korea Selatan Kim Yang Gin. Selama ini analis menganggap Hwang sebagai orang kedua paling penting resmi di Korea Utara setelah Kim Jong Un.
Pertemuan kedua Korea ini merupakan langkah penting dan menggembirakan. Mengingat para pemimpin senior kedua negara ikut serta dalam pembicaraan.
Pertemuan ini berlangsung mendekati batas waktu yang diterapkan Korea Utara untuk menuntut Korea Selatan membongkar pengeras suaranya pada Sabtu. Korea Utara meminta Selatan untuk menghentikan menyiarkan propaganda anti-Utara di perbatasan negara. Jika tidak, Korea Utara mengancam memulai aksi militer.
Sementara Korea Selatan mengatakan, akan terus melakukan siaran hingga Utara meminta maaf atas insiden awal bulan ini. Konflik keduannya dipicu insiden dua tentara Korea Selatan yang mengalami luka parah akibat ledakan ranjau darat di bagian selatan zona demilitarisasi.
Menanggapi ranjau tersebut, Korea Selatan mengaktifkan kembali pengeras suara untuk menyampaikan propaganda anti-Pyongyang. Ketegangan meningkat ketika Kamis (19/8), Korea Utara menembali uni militer Korea Selatan di barat perbatasan. Hal ini memicu aksi balasan Korea Selatan.