REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dinilai masih menjadi surga bagi kejahatan transnasional. Terbukti, baru-baru ini Polda Metro Jaya bekerja sama dengan polisi Taiwan berhasil meringkus 90 lebih warga negara Cina dan Taiwan yang terlibat kejahatan pemerasan.
Modusnya para pelaku yang berada di Indonesia langsung menelepon dan menghubungi target yang rata-rata pejabat di negeri Cina. Yang mengejutkan, Yakuza Jepang turut membantu operasi kejahatan ini.
Pakar keamanan cybe, Pratama Persadha menilai wilayah Indonesia menjadi lokasi favorit para pelaku kejahatan siber karena masih banyak celah yang bisa dimanfaatkan. Imigrasi yang kurang ketat membuat mereka mudah masuk. "Namun yang paling rawan adalah penipuan lewat telepon maupun internet susah dideteksi di Indonesia," ujarnya dalam siaran pers kepada ROL, Senin (25/8).
Aparat, kata Pratama, masih kesulitan mendeteksi awal kejahatan semacam ini karena belum adanya lembaga yang khusus mengawasi cyber space Indonesia juga memperparah keadaan.
"Kejahatan semacam ini sulit dideteksi sampai ada laporan kegiatan mencurigakan dari warga maupun ada kerja sama dengan polisi negara lain," ujar Pratama.
Chairman lembaga riset keamanan cyber CISSReC (Communication and Information Sysem Scurity Research Center) ini menjelaskan pemerintah bisa fokus pada pengawasan wilayah cyber maupun telekomunikasi. Wilayah tersebut menjadi incaran serius para pelaku karena prasarana dan sistem keamanan di Indonesia yang belum siap.
Contohnya, saat ini orang dengan mudah membeli informasi nasabah untuk membobol ATM, yang tak lain adalah hasil skimming. "Belum lagi ternyata para pelaku kejahatan cyber bisa beroperasi dari penjara karena adanya akses internet. Jadi masih banyak perbaikan yang harus dilakukan," ujarnya.