REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pria yang menghentikan aksi teror di kereta api Amsterdam-Paris, Chris Norman dianugrahi penghargaan tertinggi di Prancis, the Legion d'honneur, Ahad (23/8). Norman dan tiga penumpang asal Amerika lain berhasil menumbangkan pelaku penembakan.
Norman adalah pengusaha berusia 62 tahun yang lahir di Uganda dan dibesarkan di Afrika Selatan. Ia menjalankan bisnis konsultan IT untuk perusahaan-perusahaan di Afrika. Namun ia memegang visa dari Inggris dan sekarang tinggal di Prancis bagian selatan.
Norman menerima penghargaan keberaniannya dari kota Arras, dekat insiden penembakan di kereta. Ia menceritakan apa yang mendorongnya melakukan aksi menyerang balik peneror. "Saya akan mati-mati juga, jadi mari kita lakukan," kata dia seperti dikutip the Guardian.
Menurut Norman, ia lebih baik mati melawan daripada tewas tidak berbuat apa-apa. Ia mengaku sempat ketakutan dan duduk di pojokan. "Saya mendengar suara tembakan dan gelas pecah kemudian saya melihat seseorang berlari ke depan kereta," kata dia.
Pria tersebut kemudian berbalik ke belakang sambil memegang senjata mesin seperti AK-47. "Saat itu reaksi saya hanya merunduk dan diam, tapi kemudian seorang pria berkata taklukan dia, kemudian kami bergerak seperti tim untuk menjatuhkannya," kata Norman.
Kini Norman menjadi pahlawan bersama dengan beberapa orang lain. Wajah mereka dipampang di majalah-majalah dan kisah mereka tersebar ke seluruh dunia. Menurut kepolisian, penyerang adalah pria 26 tahun itu berasal dari Maroko dan terkait dengan kelompok radikal. Ia juga punya catatan kriminal sebagai pengedar obat-obatan terlarang.