REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Biasanya serangan nyamuk Aedes Aegypti penyebab Dengue Haemorrhagic Fever atau Demam Berdarah (DBD) akan menurun saat musim kemarau. Namun, penderita DBD di musim kemarau tahun ini angkanya tetap banyak. Bahkan ada penderita DBD yang sampai meninggal dunia.
Badan Penelitian dan Kesehatan Lokalitbangkes Pangandaran khusus meneliti tentang nyamuk dan serangga dengan melakukan penelitian di Kota Tasikmalaya. Kurang lebih selama empat bulan melakukan penelitian. Hasilnya diketahui nyamuk Aedes Aegypti berkembang biak di genangan air bekas rendaman batu akik.
Kasubag Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tasikmalaya, Didin Fitriyadi mengatakan, serangan nyamuk Aedes Aegypti biasanya meningkat saat peralihan musim hujan ke kemarau atau sebaliknya. Saat peralihan musim, rata-rata penderita DBD perbulan mencapai kisaran angka 72 orang perbulan.
"Sekitar 85 persen genangan air pada bekas rendaman batu akik jadi tempat nyamuk Aedes Aegypti berkembangbiak," ujar Didin," kata Didin kepada Republika, Senin (24/8).
Selain itu, di musim kemarau meski tidak banyak genangan air yang diakibatkan hujan, limbah rumah tangga juga bisa jadi tempat berkembangbiaknya nyamuk. Didin menegaskan, industri batu akik masyarakat yang gemar mengolah batu akik agar lebih hati-hati terhadap genangan air bekas rendaman batu akik.
Selain itu, ibu-ibu rumah tangga juga diimbau untuk tetap waspada. Limbah rumah tangga yang dapat menimbulkan genangan air dikondisikan agar tidak menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk-nyamuk berbahaya.