REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pria bersenjata yang melancarkan aksi di kereta super cepat jurusan Amsterdam-Paris bukan bermotif terorisme. Hal itu disampaikan pengacara tersangka seperti dikutip RT.
Menurut pengacara Sophie David, kliennya hanya ingin merampok orang-orang kaya karena ia lapar. Pelaku secara tak sengaja menemukan senjata tersebut di taman, dekat dengan lokasi biasa ia tidur.
David menggambarkan tersangka sebagai orang lemah, bakan cenderung malnutrisi. "Saya melihat seseorang yang sangat sakit, lemah secara fisik menderita malnutrisi. Ia sangat kurus dan tirus," ujarnya kepada BFMTV.
Pelaku yang belakangan diketahui bernama Ayoub el-Khazzani, kata dia, tak memiliki tampak seperti teroris. Ia juga tidak memiliki tampak berbahaya atau memiliki keinginan balas dendam.
Media-media Barat banyak mengarahkan kasus ini sebagai kejahatan teroris yang terkait dengan kelompok radikal Islam.
Pengacara menambahkan, pelaku adalah seorang tunawisman yang biasa tidur di taman. Beberapa jam sebelum dia memutuskan merampok, beberapa orang tunawisma mengatakan kepadanya, akan banyak orang kaya naik jurusan Paris dan Amsterdam.
"Dan ia berharap bisa mendapat uang untuk makan dari perampokannya itu," ujar David.
Aksi penembakan di dalam kereta melukai tiga orang. Sejumlah penumpang, termasuk marinir AS melumpuhkan pelaku.