REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Anggito Abimanyu
Jamaah haji Indonesia pada gelombang pertama berangkat dari 12 embarkasi menuju ke Madinah Al Munawarah melalui Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA). Di Madinah, jamaah haji melakukan shalat lima waktu di Masjid Nabawi dan melakukan ziarah atau kunjungan ke tempat-tempat mustajab di sekitar kota Madinah.
Masjid Nabawi menjadi magnet abadi bagi orang-orang yang merindukan penerangan dari 'suluh' ajaran sang Nabi. Di tempat ibadah yang sekaligus rumah dan makam Rasulullah Muhammad SAW itu selalu diserbu jamaah multibangsa dari seluruh penjuru dunia.
Mereka berlomba-lomba beribadah, seperti melaksanakan shalat arbain (40 rakaat), membaca Al-Qur’an dan berzikir. Mereka tak mampu menahan tangis ketika beribadah di Raudah yang menjadi tempat paling utama (afdal) di rumah ibadah nan-megah itu.
Raudah, kata Rasulullah dalam haditsnya adalah bagian dari 'taman surga' atau sang nirwana. Nabi Muhammad SAW disemayamkan tepat di kediamannya, dan Raudah berada di antara makam dan mimbarnya yang ditandai dengan karpet hijau muda.
Perjuangan untuk masuk ke wilayah Raudah memang tidak ringan. Sebab, jamaah yang jumlahnya ratusan ribu bahkan sampai jutaan akan memperebutkan tempat tersebut.
Ibarat pesta, selama di Raudah, jamaah 'mabuk' dalam sholat, dzikir dan doa sepuas-puasnya, sampai diingatkan dan diusir sama askar masjid supaya gantian dengan jamaah lainnya. Disinilah, para jamaah turut berdoa memohon ridhoNya meminta ampun atas segala kesalahan dan dosa di masa lalu dan mengharapkan kebaikan di masa mendatang.