REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi politik, Ichsanuddin Noorsy mengaku pesimistis target pemerintah membangun proyek pembangkit listrik 35 ribu megawatt akan tercapai. Bahkan, Ichsanuddin menyebut, program yang rencananya akan direalisasikan dalam waktu lima tahun tersebut hanya mimpi belaka.
"35 ribu megawatt itu mimpi bila dilihat aset permodalan, tidak logis," kata Ichsanuddin dalam sebuah diskusi di gedung DPR, Jakarta, Rabu (26/8).
Ichsanuddin mengatakan, kondisi perekonomian Indonesia saat ini tidak memungkinkan untuk mencapai target 35 ribu megawatt tersebut. Apalagi, anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika tentu akan membuat anggaran yang dibutuhkan semakin membengkak.
"Misalnya, dari 35 ribu megawatt itu di Sumatera 11 ribu megawatt, pertanyaannya, energi primernya apa. Gas dan batu bara yang berpeluang di sana. Kalau gunakan itu berapa investasinya?" ujarnya.
"Ini berkolerasi, harga listrik tergantung dengan nilai tukar, ICP (Indonesia Crude Price) dan inflasi. Pertanyaannya, ini sumber duit dari mana? Hutang," kata Ichsanuddin lagi.
Ia pun mempertanyakan jaminan yang mampu diberikan pemerintah agar proyek tersebut dapat berjalan. "Penjaminan proyek 10 ribu megawatt jaman SBY ada jaminan Rp 150 triliun. Berarti untuk 35 ribu megawatt butuh tiga kali lipat untuk jaminan. Masalahnya, di RAPBN 2016 tidak ada yang atur penjaminan itu," ujarnya.