REPUBLIKA.CO.ID, PANDEGLANG – Kementrian Kelautan dan Prikanan (KKP) ingin mendorong budidaya kerang di tanah air agar mandiri dan berkelanjutan. KKP sendiri menilai Kekerangan sebagai komoditas unggulan perikanan budidaya layaknya rumput laut.
Keunggulan budidaya kekerangan adalah mudah dibudidayakan, modal usaha yang murah, mampu menyerap tenaga kerja dan memiliki pasar yang cukup besar. Disamping itu, budidaya kerang sangat mendukung keberlanjutan melalui kemandirian usaha karena tidak tergantung pakan.
Pada tahun 2015 KKP menargetkan budidaya kekerangan mencapai 233.700 ton. Jumlah ini diperkirakan akan tumbuh. Sehingga, hingga 2019 pertumbuhannya ditargetkan naik mencapai 32,60 persen per tahunnya.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, mengatakan bahwa komoditas kekerangan akan lebih fokus untuk dikembangkan, karena dapat mendorong perekonomian masyarakat pesisir, khususnya di kawasan yang memiliki potensi pengembangan kekerangan.
“Potensi pasar baik dalam dan luar negeri yang cukup tinggi, potensi lahan pengembangan yang masih cukup luas dan teknologi budidaya yang sudah di kuasai, akan menjadikan komoditas kekerangan menjadi komoditas andalan di masa mendatang,” kata Slamet pada saat melakukan panen parsial budidaya kerang hijau di Pandeglang, Kamis (27/8).
Untuk mendukung pengembangan budidaya kekerangan tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) melaksanakan Demonstration Farm (demfarm) budidaya kerang hijau di Propinsi Banten, salah satunya di Desa Panimbang Jaya, Kec. Panimbang, Kab Pandeglang.
“Kita laksanakan budidaya kerang hijau di kawasan ini dengan dua metode yaitu metode bambu tancap dan metode long-line. Dua metode ini kita kenalkan karena cocok di terapkan di kawasan ini yang memiliki gelombang tinggi pada musim tertentu, seperti pada saat musim angin barat”, terang Slamet.
Slamet juga mengatakan, bahwa mempercepat perputaran modal dan mengurangi jumlah kerang di media budidaya, maka panen parsial merupakan solusinya. “Panen parsial dilakukan sebagai cara untuk penjarangan agar kolektor tidak keberatan beban. Panen parsial dapat dilakukan setelah 5 bulan, sejak mulai pemasangan substrat. Dan diperkirakan memperoleh hasil 3 ton dengan harga sebesar Rp. 5.000,-/kg ukuran 5-6 cm/ekor,”ungkapnya.
Slamet mengatakan bahwa produksi kerang dari kawasan Panimbang yang setiap tahun meningkat, memiliki potensi untuk pengembangan wilayah Panimbang. “Panimbang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sentra kekerangan khususnya kerang hijau dan ini bisa menjadi ikon wilayah Panimbang sekaligus untuk pengembangan kawasan dan penggerak roda perekonomian daerah”, papar Slamet.
“Budidaya kekerangan khususnya kerang hijau di Panimbang ini merupakan salah satu bentuk kemandirian masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan protein, kemandirian budidaya, karena tidak tergantung dari pakan dan sekaligus mendukung usaha budidaya yang berkelanjutan,” kata Slamet.