Jumat 28 Aug 2015 18:13 WIB

Politikus PDIP Sayangkan Saran SBY ke Jokowi

Rep: Issha Harruma/ Red: Bilal Ramadhan
Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus PDIP Arteria Dahlan menyayangkan sikap Presiden keenam Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono yang memberikan saran untuk Presiden Jokowi dalam menghadapi masalah ekonomi saat ini. Menurut Arteria, SBY seharusnya memberikan dukungan kepada pemerintahan.

"Saya sangat menyayangkan statement-nya seperti itu. Harusnya pemimpin, apalagi presiden Indonesia keenam membangun semangat optimisme," kata Arteria di gedung DPR, Jakarta, Jumat (28/8).

Arteria mengatakan, Kabinet Kerja yang dipimpin Jokowi-JK bukannya tidak bekerja. Tapi, situasi dan kondisi yang ada saat ini memang mengharuskan pemerintahan bekerja lebih keras. Oleh karena itu, ia meminta kondisi saat ini tidak dijadikan polemik dan komoditas politik.

Anggota Komisi II itu pun mengaku optimistis Presiden Jokowi dapat menyelesaikan permasalahan yang ada di Indonesia saat ini, termasuk di bidang perekonomian. "Pemimpin itu harus membuat pernyataan yang membangun. Pada saat ini bukannya krisis, melainkan keadaan cukup kita waspadai dan antisipasi saja," ujarnya.

Sebelumnya, mantan presiden SBY berbagi resep kepada Presiden Jokowi untuk mengatasi perlambatan ekonomi. Ia menyebutkan, pemerintah harus terus menjaga pertumbuhan dan mengorientasikan semua kebijakan untuk pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, pemerintah harus segera melakukan stabilisasi harga dan menjaga nilai tukar rupiah. Pemerintah pun, lanjutnya, perlu mewaspadai dampak dari perlambatan ekonomi, yakni adanya pemutusan hubungan kerja (PHK). Terakhir, SBY meminta pemerintah untuk menjaga kondisi fiskal dan kepercayaan publik saat kondisi ekonomi sedang terpuruk.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement