Sabtu 29 Aug 2015 10:28 WIB

Masjid Bersejarah Bangladesh Terancam Dibongkar

Rep: C25/ Red: Ilham
 Seorang imigran Rohingya dan Bangladesh berdoa usai melaksanakan Salat Id, di Medan, Sumatera Utara, Jumat (17/7). (Antara/Septianda Perdana)
Seorang imigran Rohingya dan Bangladesh berdoa usai melaksanakan Salat Id, di Medan, Sumatera Utara, Jumat (17/7). (Antara/Septianda Perdana)

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Meskipun para arkeolog berulang kali mengingatkan akan kehilangan situs sejarah, namun pihak berwenang tetap ingin membongkar Masjid Atia yang berusia 406 tahun di Bangladesh.

"(Padahal) Ini warisan kita," kata Ketua Parishad Serikat Atia, Mohammad Babuluzzaman,  seperti dilansir Onislam, Sabtu (29/8).

Masyarakat setempat bersama dengan pemerintah daerah telah mengambil beberapa langkah untuk melindungi situs itu. Masjid Atia berada di tepi Sungai Louhajang di Tangail Delduar Upazila. Masjid itu dibangun pada 1.609 sebagai hadiah oleh Kaisar Mughal Jahangir.

Berdekatan dengan kuil Hazrat Shahan Shah yang berasal dari Kashmir, 49 muslim Atia mendakwahkan Islam di wilayah tersebut pada tahun 1.508. Karenanya, situs arkeologi itu memiliki makna nasional.

Masjid Atia mencerminkan keindahan seni Bengali dengan sembilan dinding kaki yang dihiasi plak terakota. Saat ini, sebagian besar plak berwarna-warni sudah memudar, bahkan malah ada yang sudah rusak.

Selama beberapa abad terakhir, masjid Atia telah mengalami renovasi berkali-kali. Pada tahun 1.837, masjid ini diperbaiki oleh Rowshan Khatoon Chowdhurani, saudagar wanita dari Delhi. Saat itu masjid rusak parah akibat gempa pada tahun 1.800. Masjid bersejarah tersebut berada di bawah tanggung jawab departemen arkeologi pada tahun 1978.

Menurut pengurus masjid, Monirul Haque, beberapa bagian masjid diperbaiki pada tahun 2000 dan 2009. Saat ini, masjid itu memerlukan perbaikan. "Setelah mengirim laporan, pejabat senior Departemen Arkeologi mengunjungi masjid sekitar enam bulan yang lalu untuk memeriksa struktur. Dan mereka meyakinkan kami perbaikan akan dimulai pada tahun ini," kata Haque. Sayangnya, sampai hari ini belum ada tanda-tanda aktivitas perbaikan.

Dengan populasi 144 juta orang, Bangladesh merupakan negara dunia ketiga yang penduduknya mayoritas Muslim.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement