Ahad 30 Aug 2015 03:15 WIB

Negara Ini Terancam 'Tenggelam' Gara-Gara Perubahan Iklim

Rep: c25/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang pengunjuk rasa membawa poster berbentuk Mother Earth sebagai bentuk unjuk rasa atas perubahan iklim di New York, Ahad (21/9).
Foto: Reuters
Seorang pengunjuk rasa membawa poster berbentuk Mother Earth sebagai bentuk unjuk rasa atas perubahan iklim di New York, Ahad (21/9).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Tuvalu, sebuah negara kepulauan yang terletak di antara Hawai dan Australia di Samudra Pasifik terancam eksistensinya karena perubahan iklim. Penelitian NASA mengungkapkan permukaan air laut telah meningkat 8 cm dalam 20 tahun terakhir karena perubahan iklim. Dilansir dari laman The Independent, ahli panel dari badan antariksa mengatakan kalau perubahan itu dikarenakan air laut yang lebih hangat dan mencairnya es di kutub, yang membuat sejumlah belahan dunia menjadi lebih rendah, seperti Belgia, Belanda dan Kepulauan Pasifik.

Salah satu ilmuwan NASA, Tom Wagner, menuturkan orang-orang perlu memahami planet bumi telah berubah. Ketidakpastian terbesar adalah untuk mempersiapkan perubahan permukaan air laut dan memprediksi seberapa cepat es akan mencair.  "Jika Anda akan memasukkan infrastruktur besar seperti pabrik pengolahan air atau pembangkit listrik di zona pesisir, kami memiliki data yang dapat digunakan untuk memperkirakan apa dampak yang akan dihadapi 100 tahun ke depan," kata Tom.

Sebulan lalu, Perdana Menteri Tuvalu, Enele Spoaga terbang ke Brussels untuk menarik para pemimpin Uni Eropa, untuk menghentikan perbuatan yang membuat es menghilang dari muka bumi. Dia  berusaha melobi para pemimpin untuk setuju mengurangi emisi karbon mereka demi menjaga kenaikan suhu global di level 1,5 Celcius. Tuvalu merupakan rumah bagi hanya 10.000 orang. Saat ini, wilayah tersebut ini berada di bawah permukaan laut dan menghadapi risiko 'tenggelam' di bawah gelombang jika tindakan tidak diambil untuk membalikkan atau mengurangi perubahan iklim.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement