Ahad 30 Aug 2015 11:12 WIB

Pencuri Ikan Gunakan Modus 'Kuda Troya' di Laut Indonesia

Rep: Nur Hasan Murtiaji/ Red: Ilham
Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti memberikan keterangan tentang kasus perbudakan abk asing PT Pusaka Benjina Resources (PBR), Benjina, Maluku di Kantor Kementerian KKP, Jakarta, Rabu (8/4).
Foto: Antara/ Wahyu Putro A
Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti memberikan keterangan tentang kasus perbudakan abk asing PT Pusaka Benjina Resources (PBR), Benjina, Maluku di Kantor Kementerian KKP, Jakarta, Rabu (8/4).

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Pencurian ikan di wilayah perairan Indonesia terus terjadi. Beragam modus dan cara pun dilakukan oleh para nelayan asing tersebut. Yang terbaru, mereka menggunakan modus kapal besar yang mengangkut kapal-kapal kecil.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menjelaskan modusnya, kapal besar yang diduga berasal dari Filipina itu berlayar di wilayah perairan perbatasan dengan Indonesia, yakni di sekitar Kepulauan Sangihe dan Talaud, Sulawesi Utara. Kapal besar ini memang tidak menerabas wilayah Indonesia, tapi saat berada di tengah lautan itu, kapal besar tersebut menurunkan kapal-kapal kecil yang diangkutnya.

"Kapal besar itu bisa memuat 30 sampai 40 kapal-kapal kecil," kata Susi dalam jumpa pers sebelum acara kuliah umum di the S Rajaratnam School of International Studies (RSIS) Nanyang Technological University, Singapura, Kamis (27/8). Susi menyampaikan kuliah umum di RSIS dengan tema "Undestanding Indonesia's Marine Policy: Economic and Security Challenges".

Kapal-kapal kecil inilah yang dikerahkan untuk menangkap ikan tuna di perairan Sangihe Talaud. Kemudian, ikan hasil tangkapan kapal-kapal kecil diangkut ke kapal besar yang menunggu di perairan perbatasan.

Berapa besar kerugian akibat pencurian ikan dengan modus ini? Susi mengungkapkan contoh, satu kapal kecil itu bisa menangkap setidaknya dua ikan tuna ukuran besar senilai Rp 80 juta dalam sehari. "Tinggal dikalikan saja dengan jumlah kapal-kapal kecilnya. Mereka memang banyak akal. Modusnya mirip kisah kuda troya," kata Susi.

Kapal tersebut sudah ditangkap dan ditengarai ada ratusan kapal lain yang melakukan pencurian ikan di perairan Indonesia dengan modus yang sama. Sejauh ini sudah dua kapal yang ditangkap dengan modus serupa di Laut Sangihe Talaud, yakni di Laut Arafuru. Namun, asal kapal dan wilayah operasionalnya masih ditelusuri lebih detail.

Praktik pencurian ikan seperti ini sangat merugikan nelayan Indonesia. Sebab, nelayan asing itu mengambil ikan di tengah laut. "Kalau ikan di tengah diambil, tidak ada yang ke pinggir, jadi nggak ada yang beranak nantinya."

Dengan memberantas pencurian ikan oleh nelayan asing, pemberdayaan nelayan bisa dilakukan, yang dimulai dengan menjaga sumber daya ikannya. "Kalau ikannya saja nggak ada, apa yang mau diberdayakan. Kasih kapal ke tengah laut, ya susah," kata Susi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement