REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sudah menjadi budaya bagi kebanyakan orang ketika menghadiri pesta pernikahan selalu mendoakan agar kedua mempelai bahagia selamanya dan dikaruniai banyak keturunan.
Namun, tanpa disadari ternyata ada yang salah dari doa yang dianggap baik tersebut. Ustadz Salim A. Fillah kemudian menceritakan satu kisah tentang itu. Suatu saat ketika Uqail bin Abu Thalib radhiyallahu'anhu menikah, ada tamunya yang mendoakan 'semoga bahagia dan dikaruniai banyak anak'. Mendengar doa tersebut Uqail langsung meluruskan.
"Janganlah kamu mendoakan demikian karena Rasulullah telah melarangnya. Doakanlah barakallahu lakuma wa baraka 'alaikuma wa jama'a bainakuma fii khoir (semoga Allah menganugerahkan barakah kepadamu, semoga Allah juga menganugerahkan barakah atasmu, dan semoga Dia menghimpun kalian berdua dalam kebaikan)," kata Uqail yang dikutip ustadz Salim dalam Kajian Wedding Series di Masjid Agung Al Azhar, Jakarta, Ahad (30/8).
Hal itu menurut ustadz Salim adalah doa yang paling tepat untuk masa depan rumah tangga kedua mempelai. Karena menurutnya Allah pun juga telah menyebutkan dalam Alquran bahwa bala ujian pasti akan Dia datangkan kepada setiap umatnya. Kejayaan itu tidak akan pernah abadi. Sementara.
Dia meyakini doa yang baik adalah doa yang memuncaki kebaikan. Kebahagiaan tidak selalu datang dalam pernikahan. Namun demikian keberkahan masih bisa datang dalam rumah tangga meskipun rumah tangganya sedang dilanda masalah. Oleh karena itulah jika didoakan keberkahan maka (semoga) masih ada kebaikan dalam kesulitan mereka. Berbeda dengan didoakan kebahagiaan, justru hal itu akan menjadi masalah.
Sementara itu, alasan Rasulullah melarang mendoakan pengantin baru dengan dikaruniai banyak anak, menurutnya karena tidak selamanya memiliki banyak anak merupakan puncak kebaikan. Dia mengisahkan nabi Ya'qub bin Ishak bin Ibrahim yang memiliki banyak anak namun hanya satu yang baik, sedangkan yang lain tumbuh sebagai anak yang jahat.
"Itu sekaliber nabi loh, masih bisa memiliki anak yang nakal, apalagi manusia biasa seperti kita. Oleh karena itulah berapapun jumlah anaknya yang penting adalah keberkahan yang dapat diperoleh darinya," lanjutnya.
Puncak kebaikan di dunia adalah ketaatan, sedangkan puncak kebaikan di akhirat adalah surga. Menikah bukan untuk mencari kebahagiaan melainkan untuk mencari keberkahan. Sementara keberkahan pernikahan yang akan mengantarkan sebuah keluarga menuju surga-Nya kelak.