REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan, dengan kondisi perekonomian nasional yang sedang melambat yang merupakan dampak dari kondisi perekonomian global, maka saat ini waktu tepat mengurangi impor.
"Saat dolar naik begini dan ekonomi global mengalami kontraksi maka saatnya mengurangi impor," kata Susi Pudjiastuti di kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta, Senin (31/8).
Menteri Kelautan dan Perikanan menjelaskan, pengurangan impor itu dapat dilaksanakan dengan menggalakkan substitusi impor dengan hasil industri dalam negeri. Selain itu, ujar dia, setiap bentuk impor juga harus dapat dikontrol dan apapun jenis impor yang dapat dikurangi maka harus bisa pula dikurangi semuanya.
Menteri tersebut mengemukakan, impor salmon yang banyak dilakukan ditujukan untuk dapat melakukan reprocessing atau pengolahan kembali agar dapat diekspor kembali. "Karena di Uni Eropa kan biaya tenaga kerja mahal," katanya.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan mengatakan pemerintah bekerja keras dalam mengurangi ketergantungan terhadap impor, terutama saat semakin melemahnya nilai mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
"Pemerintah mesti bekerja keras untuk mengurangi impor yang jelas-jelas dapat dikurangi," kata Susi di Jakarta, Sabtu (29/8).
Menteri juga mengimbau kepada masyarakat untuk meningkatkan rasa nasionalismenya antara lain dengan menggunakan produk lokal dibandingkan produk luar negeri.
Dia juga berpendapat bahwa fenomena melemahnya mata uang rupiah terhadap dolar AS tidak perlu dicemaskan berlebihan karena hal tersebut terjadi secara global. Selain itu, ujar dia, tidak ada salahnya bila Indonesia juga mengikuti negara lain yang sukses dalam mengembangkan produksi pangannya sendiri seperti Rusia.
Sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, dirinya juga mengimbau masyarakat untuk berpindah ke konsumsi ikan karena mahalnya sejumlah komoditas pangan, seperti daging sapi dan ayam.