Senin 31 Aug 2015 20:07 WIB

Fenomena Jabat Tangan La Nyalla-Imam Nahrawi, Pakar Komunikasi: Awal Perbaikan Sepak Bola Indonesia

Rep: C11/ Red: M Akbar
Ketua Umum PSSI La Nyalla Mahmud Mattalitti dan Menpora Imam Nahrawi berjabat tangan saat menghadiri pembukaan turnamen Piala Presiden, Ahad (30/8).
Ketua Umum PSSI La Nyalla Mahmud Mattalitti dan Menpora Imam Nahrawi berjabat tangan saat menghadiri pembukaan turnamen Piala Presiden, Ahad (30/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Komunikasi dari Universitas Budi Luhur, Umaimah Wahid, menyatakan upaya untuk memperbaiki konflik yang terjadi antara PSSI dan Kementerian Pemuda dan Olahraga (kemenpora) sudah dimulai.

Indikasi itu terlihat setelah terjadinya peristiwa jabat tangan antara Imam Nachrawi sebagai menpora dan Ketua Umum PSSI, La Nyalla Mattalitti. Keduanya terlihat melakukan salam komando pada saat acara pembukaan Piala Presiden di Gianyar, Bali, Ahad (30/8).

"Menurut saya ini langkah awal bagus karena semua porosnya ada pada pemerintah," kata Umaimah saat dihubungi Republika Online di Jakarta, Senin (31/8).

Seperti diketahui kisruh yang terjadi diantara dua pihak ini semakin memuncak setelah lahirnya Surat Keputusan (SK) Pembekuan PSSI. Meski Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) telah memenangkan gugatan PSSI namun hingga kini pihak Kemenpora belum mencabut SK tersebut.

Menurut Umaimah, pembekuan PSSI berdampak dari berbagai sektor seperti ekonomi dan juga sosial budaya. Menurutnya, sepak bola Indonesia harus segera diselesaikan karena banyak juga masyarakat yang menanti adanya pertandingan-pertandingan sepak bola.

"Sepak bola kan bukan kepentingan personal, tapi orientasinya lebih kepada masyarakat, kepentingan negara. Untuk itu proses komunikasi harus dibuka semaksimal mungkin," ujar Umaimah.

Ia melanjutkan kedua belah pihak yang berseteru harus dapat menghilangkan ego untuk menciptakan sepak bola yang baik. Baik Kemenpora dan PSSI harus saling terbuka membicarakan pendapatnya masing-masing.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement