REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama adalah tanda pengenal yang dimiliki oleh setiap insan. Lalu bagaimana Islam memandang sebuah nama jika nama manusia terbilang langka atau jarang dijumpai seperti seseorang yang bernama Tuhan atau Saiton.
Ketua Komisi Dakwah MUI KH. Cholil Nafis menjelaskan tidak berdosa memberikan nama apa saja bagi anak. Meski demikian, alangkah baiknya jika sebuah nama berkonotasi buruk segera ditambahka agar lebih baik.
"Bagaimana dengan orang yang bernama Tuhan, Saiton, Siksa Kubur, Selamat Dunia Akhirat dan lain sebagainya yang saat ini marak? Sebenarnya itu refleksi dari orang tua yang memberi nama anaknya. Tak ada dosa untuk memberi nama apapun kepada anaknya," kata Cholil menjelaskan kepada Republika Online (ROL), Selasa (1/9).
Meski demikian, Cholil menjelaskan, nama yang berkonotasi jelek tentu kurang baik menjadi nama seseorang. Jika maknanya kurang baik sebaiknya ditambah atau dirubah sehingga nama itu bermakna baik.
"Nama itu doa bagi yang punya nama, kerena ia dipanggil oleh banyak orang dengan namanya. 'Betapa berartinya sebuah nama'. Jadi tak benar ucapan, 'Apalah arti sebuah nama' berlaku genera (umum) termasuk nama seseorang " ujar Cholil.
Chil menunturkan umat Islam harus memperhatikan ketika Allah SWT diprotes Malaikat. Malaikat bertanya mengapa manusia yang sering membuat perpecahan bahkan pertumpahan darah ditunjuk sebagai khalifah di muka bumi. Sedangkan Malaikat adalah makhluk yg sangat taat dan selalu bertasbih tdk ditugasi sbg Khalifah.
"Di sana Allah SWT melakukan fit and proper test (ujian) tentang nama-nama untuk dipahami. Tes ini untuk menunjukkan mana yg lebih layak menjadi Khalifah di muka bumi antara Malaikat dan manusia," ungkap Cholil.
Karena itu, Cholil menambahkan, Rasulullah SAW mengajarkan kita agar memberi nama anak yg dilahirkan dengan nama yang baik, seperti hamba Allah atau nama-nama utusan-Nya. Sebab, nama itu menunjukkan kepada sesuatu yang diberi nama.