REPUBLIKA.CO.ID, -- Sudah lewat 67 tahun setelah Albert, monyet pertama yang menjadi seorang astronot di Cina. Saat ini primata itu banyak yang memiliki profesi serupa.
Namun jangan khawatir, monyet-monyet yang juga menjadi pasukan angkatan udara Cina itu tidak bertugas memegang kendali pesawat. Mereka akan membantu mengatasi masalah yang sering terjadi saat proses lepas landas dan pendaratan.
Masalah itu adalah banyaknya burung-burung yang berkeliaran di dekat pesawat saat dua proses genting tersebut dilakukan oleh pilot. Selama ini, burung-burung tersebut menimbulkan risiko yang tidak sepele. Salah satunya adalah kegagalan mesin, karena binatang unggas itu terjebak dalam turbin pesawat terbang.
"Monyet akan membantu menyingkirkan burung-burung yang sering ada di sekitar pesawat saat lepas landas maupun mendarat. Mempekerjakan binatang ini adalah ide inovatis yang efektif karena mereka bisa melakukannya dengan baik," ujar kolonel Han Bin, mengutip dari Sputnik News, Selasa (1/9).
Selama ini, populasi burung yang begitu tinggi khususnya di sekitar pangkalan udara Cina sudah banyak diketahui. Risiko kegagalan mesin yang mengakibatkan kecelakaan mengancam awak dan penumpang pesawat.
Bahkan tidak hanya di Cina, bahaya yang timbul dari banyaknya burung di sekitar pesawat saat lepas landas dan pendaratan juga terjadi di negara lainnya. Seperti di Amerika Serikat (AS), binatang bersayap ini disebut mengakibatkan kerusakan lebih dari ratusan pesawat.
Dalam 10 tahun terakhir ini di AS, sekitar 500 pesawat dilaporkan bertabrakan dengan burung. Saat itu, 166 diantara pesawat harus melakukan pendaratan darurat guna mengantisispasi kerusakan yang dapat menyebabkan petaka.
Kejadian paling buruk yang juga terjadi di negara itu adalah pada 1960. Saat itu, satu pesawat dari Boston bertemu dengan kawanan besar burung jalak di udara.
Hal ini mengakibatkan pilot harus menghindar, namun nahas pesawat itu justru menabrak Winthrop Bay. Sebanyak 60 dari 72 penumpang di dalamnya tewas.