Selasa 01 Sep 2015 20:57 WIB

Pertumbuhan Melambat, Aktivitas Pabrik Cina Anjlok

Rep: RR Laeny Sulistiawati/ Red: Teguh Firmansyah
Pekerja tambang batu bara Cina
Foto: radio australia
Pekerja tambang batu bara Cina

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING --  Melambatnya pertumbuhan ekonomi membuat aktivitas pabrik di Cina selama Agustus 2015 melemah. Berkurangnya aktivitas pabrik Cina dan tercatat paling tinggi setidaknya dalam tempo tiga tahun.

Ekspor yang anjlok dan berkurangnya pesanan meningkatkan kekhawatiran investor bahwa ekonomi Cina akan turun tajam. Ha3 yang lebih mengkhawatirkan, sektor jasa Cina juga menunjukkan tanda-tanda stagnansi.

Kelebihan kapasitas produksi, jatuhnya investasi, saham yang anjlok, dan devaluasi yuan dinilai menjadi faktor yang dapat mengganggu hubungan perdagangan dengan negara mitra.

Menteri Keuangan Jepang Taro Aso mengatakan apa yang terjadi di Cina patut dibahas dalam pertemuan kelompok G20 pekan ini.

"Gejolak pasar modal telah membuat bisnis dan konsumen Cina berubah lebih berhati-hati," kata ekonom senior di PNC Financial Services di Pittsburgh, Bill Adams.

Adams mengatakan perekonomian Cina yang bisa tumbuh sekitar 6,5 persen di semester kedua tahun ini diperkirakan berkurang menjadi 6,2 persen pada 2016. Beberapa analis percaya tingkat pertumbuhan Cina sudah jauh di bawah itu.

Para analis mengatakan Cina harus melonggarkan kebijakan lagi untuk mencegah penurunan ekonomi lebih tajam dan membebani pertumbuhan global. Biro Statistik Cina mencatat bahwa indeks resmi manufaktur Purchasing Manager Index (PMI) Cina turun menjadi 49,7 pada bAgustus dibandingkan indeks 50,0 pada bulan Juli. Hasil ini terendah sejak Agustus 2012.

Sebuah survei swasta mengatakan penurunan indeks PMI menjadi 47,3 adalah yang terburuk sejak Maret 2009. Survei juga menunjukkan produsen yang merumahkan pekerja karena pesanan menyusut.

"Kami percaya pelonggaran moneter lebih lanjut dan kebijakan fiskal proaktif, bersama dengan liberalisasi keuangan diperlukan untuk mempertahankan pertumbuhan sekitar 7 persen," kata ekonom ANZ.

Sementara Bank di Cina juga sedang berjuang menghadapi pertumbuhan laba paling lambat dalam setidaknya enam tahun. Perbankan juga menghadapi ancaman kredit macet.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement