REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Polisi Thailand semakin dekat dengan akhir penyelesaian kasus bom Bangkok 17 Agustus lalu. Polisi telah menangkap orang yang berhubungan dengan pembuatan bom yang meledak di Kuil Erawan.
"Sekarang kasus ini telah berkembang sekitar 70 persen," kata Wakil Kepala Polisi Nasional Chakthip Chaijinda.
Seorang pria tak dikenal ditangkap dekat perbatasan Thailand-Kamboja, Selasa (1/9). Namun pria tersebut membantah keterlibatannya dalam kasus pemboman yang menewaskan 20 orang tersebut.
"Itu wajar tersangka akan menyangkal dia melakukannya, tapi kami masih harus terus melihat lebih dalam," katanya.
Ia meyakini tersangka terbaru itu memiliki hubungan dengan serangan. Ia juga diduga tinggal di daerah Nong Chok, sama dengan pria lain yang telah ditangkap lebih dulu dalam razia Sabtu (29/8) bersama dengan tumpukan paspor palsu, TNT, C4 dan pupuk.
"Orang itu (tersangka baru) mungkin orang yang mengambil bom keluar ruangan atau membawa bom ke lokasi kejadian," ujar juru bicara polisi Prawut Thawornsiri.
Penyelidikan telah mendapatkan momentum sejak penggerebekan di apartemen akhir pekan lalu. Spekulai pelaku pemboman berpusat pada simpatisan Muslim Uighur.
Pemulangan paksa 109 warga Uighur ke Cina oleh Thailand pada Juli lalu menyebabkan kemarahan internasional. Demonstran juga menghancurkan jendela dan menggeledah konsulat Thailand di Istanbul. Banyak warga Uighur transit melalui Asia Tenggara untuk mencapai Turki yang memiliki diaspora besar.
Meski banyak rincian, namun penyelidikan tidak terlihat memiliki koneksi dengan Turki.
Seorang perempuan Thailand yang masuk ke dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) menyewa sebuah kamar di Min Buri dimana polisi menemukan bahan pembuat bom. Perempuan tersebut mengaku kepada polisi dirinya telah berada di Turki bersama pasangan Turkinya selama berbulan-bulan.
Tidak jelas apakah polisi Thailand menghubungi kepolisian luar negeri untuk membantu pencarian. "Ini adalah masalah kita sendiri dan bukan urusan mereka," kata Menteri Pertahanan Prawit Wongsuwan ketika ditanya apakah telah berkonsultasi dengan Turki atau Cina.