REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertahanan (Kemenhan) akhirnya menentukan pesawat tempur pengganti F-5 Tiger. Sebelumnya, TNI AU sempat mengusulkan adanya pesawat tempur pengganti pesawat F-5 Tiger lantaran usianya sudah dianggap uzur.
Nantinya, F-5 Tiger rencananya akan digantikan oleh pesawat tempur buatan Rusia, Sukhoi-35. Kepastian rencana pembelian Sukhoi-35 ini pun disampaikan Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, saat melakukan inspeksi Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) di Markas Kopassus, markas Batalyon Kavaleri (Yonkaf) I Kostrad, dan Batalyon Infanteri (Yonif) Mekanis 201/Jaya Yudha.
Menurut Menhan, pembelian Sukhoi 35 (SU-35) ini sudah berdasarkan kesepakatan dan kajian dari Kepala Staff Angkatan Udara, Marsekal TNI Agus Supriatna, dan Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, selaku pengguna Alutsista tersebut. ''Iya diganti (F-5). Kami sepakat, KSAU dan Panglima TNI, Sukhoi,'' ujar Ryamizard kepada wartawan di Markas Yonif Mekanis 201/Jaya Yudha, Jakarta Timur, Rabu (2/9).
Lebih lanjut, Menhan menjelaskan, sebagai awalan, Indonesia akan membeli SU-35 paling tidak sebanyak satu skuadron, yang terdiri dari 16 pesawat. Namun, jumlah ini akan disesuaikan dengan alokasi anggaran yang telah ditetapkan pemerintah. Selain itu, pembelian Sukhoi-35 itu pun akan dilakukan secara bertahap, tidak langsung satu skuadron lengkap.
Ryamizard menambahkan, salah satu alasan Indonesia bakal membeli SU-35 lantaran Indonesia sudah memiliki pesawat Sukhoi, yaitu SU-27/30. Sehingga, teknologinya sudah ada dan tinggal diteruskan. Menhan menyebutkan, kelanjutan rencana pembelian SU-35 akan ditindaklanjuti dengan penandatanganan kesepakatan pembelian. ''Mungkin di sekitar bulan-bulan ini,'' lanjut Ryamizard.
Kendati begitu, Menhan menyebutkan, keputusan membeli Sukhoi tidak akan mempengaruhi kedekatan dan hubungan dengan produsen asal negarar dari Alutsista tersebut. Tidak hanya dari Rusia, Indonesia juga memiliki rencana untuk membeli dari Boeing, seperti helikopter Chinook dan pesawat angkut kelas berat seperti Hercules.
''Ada yang dari Eropa, dari Amerika, dari Cina, balance-lah. Kita negara netral kok, semua kawan, tidak ada musuh. Jadi kita tidak berpihak kemana, kita beli semua,'' lanjut mantan KSAD itu.