Ahad 06 Sep 2015 13:31 WIB

KH Muchith Muzadi, Tokoh Perumus Gagasan-Gagasan Strategis NU

Rep: c35/ Red: Damanhuri Zuhri
KH Muchit Muzadi
Foto: antaranews
KH Muchit Muzadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Innaalillaahi wainna ilaihi rojiun. Telah berpulang ke rahmatullah, KH A Muchith Muzadi, di Rumah Sakit Persada, Malang, Ahad (6/9) pukul 05.00 WIB.

Jenazah almarhum dishalatkan di Pesantren Alhikam Malang dan dimakamkan di Jalan kalimantan, Jember, Jawa Timur. NU dan Umat Islam Indonesia berduka atas wafatnya.

Kakak kandung dari KH Hasyim Muzadi ini semasa hidupnya dikenal sebagai konseptor ulung dan ideolog di balik berbagai kabijakan strategis NU dalam masalah keagamaan dan kebangsaan.

Mbah Muchit, demikian sapaan akrab untuk murid langsung pendiri NU Hadlratussyaikh KH Hasyim Asy’ari di pesantren Tebuireng Jombang tersebut.

"Di Tebuireng, ia tidak hanya belajar agama, juga belajar berorganisasi. Karena itu, pada tahun 1941, saat usia muda ia telah menjadi anggota NU," ungkap Asrorun Niam Sholeh, Katib Syuriyah PBNU, Ahad (6/9).

Selain itu, Niam menjelaskan, di sana Mbah Muchit juga bertemu dengan beberapa santri terkenal dari daerah lain, diantaranya KH Ahmad Shidiq, yang kemudian bertindak sebagai Rais Am PBNU.

Pada saat KH Ahmad Siddiq menjadi Rais Am Syuriyah PBNU, Mbah Muchit dipercaya sebagai sekretaris pribadi dan menjadi 'dapur' dalam perumusan berbagai gagasan strategis NU dan Bangsa.

KH Muchit juga dipercaya membuat rumusan konseptual mengenai Aswaja, menuntaskan hubungan Islam dengan Negara dan mencari rumusan pembaruan pemikiran Islam, serta strategi pengembangan masyarakat NU.

Salah satu yang fenomenal adalah khittah nahdliyyah dan hubungan NU dan politik, serta penerimaan Pancasila sebagai asas tunggal.

Dengan dibantu Mbah Muchit, langkah Kiai Ahmad (panggilan KH Ahmad Shiddiq) mampu mengimbangi gerak pembaharuan yang dilakukan Ketua Umum PBNU KH Abdurrahman Wachid (Gus Dur).

Sehingga dalam waktu singkat, NU menjadi organisasi yang sangat maju, dan berperan besar baik dalam bidang keagamaan, kemasyarakatan termasuk kenegaraan. Sukses duet Gus Dur dan Kiai Ahmad ini tidak bisa lepas dari pikiran kreatif mbah Muchit.

Menurut Niam, NU dan bangsa Indonesia kehilangan tokoh besar, yang selalu berada di balik layar yang menjadi pemantik perubahan besar. ''Selamat jalan, semoga husnul khatimah, jasa dan kebaikannya dilipatgandakan pahalanya. Amin.''

Niam, yang merupakan santri langsung Mbah Muchit ini menyerukan umat Islam, khususnya warga NU unuk mendoakan beliau, mekakukan shalat jenazah, shalat ghaib di masjid-masjid, mushalaa, bertakziyah, dan bertahlil untuk beliau.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement