Ahad 06 Sep 2015 16:12 WIB

47 Desa Kekeringan, Krisis Air Bersih di Indramayu Meluas

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Maman Sudiaman
Musim kemarau panjang sebabkan krisis air bersih di sejumlah wilayah di Tanah Air.
Foto: Republika/Bowo S Pribadi
Musim kemarau panjang sebabkan krisis air bersih di sejumlah wilayah di Tanah Air.

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Memasuki puncak musim kemarau, krisis air bersih di Kabupaten Indramayu terus meluas. Namun, penutupan aliran sungai Cimanuk untuk penggenangan waduk Jatigede membuat pendistribusian bantuan air ke daerah yang mengalami krisis air bersih itu terancam terhenti.

Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Indramayu, pada akhir pekan kemarin, jumlah desa yang mengalami krisis air bersih kini mencapai 43 desa. Sebelumnya, desa yang mengalami krisis air bersih hanya 37 desa.

''Desa-desa itu mengajukan permintaan bantuan air bersih,'' kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Indramayu, Edi Kusdiana baru-baru ini.

Edi menyebutkan, warga yang mengalami krisis air bersih itu tersebar di 15 kecamatan. Mereka kekurangan air bersih sejak Juni 2015.

Adapun ke-15 kecamatan itu, yakni Kecamatan Tukdana, Patrol, Juntinyuat, Indramayu, Krangkeng, dan Gantar. Selain itu, Kecamatan Sukagumiwang, Losarang, Arahan, Kandanghaur, Kedokanbunder, Pasekan, Sukra, Sindang, dan Karangampel.

Edi menyatakan, selama ini pihaknya terus mendistribusikan bantuan air bersih ke desa-desa yang mengalami krisis air bersih. Air bersih itu diambil dari empat instalasi pengolahan air bersih milik PDAM Indramayu, di wilayah kota dan timur.

''Sejak Cimanuk ditutup, sekarang hanya tinggal tiga (instalasi) yang air bersihnya bisa diambil untuk didistribusikan ke desa-desa yang kekurangan air bersih,'' terang Edi. 

Edi menyatakan, pengambilan air bersih dari tiga titik itupun dikhawatirkan tak bisa berlangsung lama. Jika pasokan dari ketiga titik tersebut habis, maka pendistribusian bantuan air bersih untuk desa-desa yang krisis air bersih pun terancam terhenti.

''Saat ini air memang masih ada. Tapi (dengan ditutupnya aliran sungai Cimanuk) kedepannya kita tidak tahu (air masih ada atau tidak),'' tutur Edi.

Namun, Edi menegaskan, akan terus berupaya mencari sumber air baru untuk penyaluran bantuan air bersih ke desa-desa yang mengalami krisis air bersih. Dia menyatakan, kemungkinan akan mengambil air dari wilayah barat, yang airnya bersumber dari Waduk Salamdarma Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu.

''Meski jauh, tapi akan kami lakukan untuk melayani masyarakat Indramayu yang sangat membutuhkan air bersih,'' terang Edi.

Edi mengharapkan ada rapat khusus secepatnya untuk mengantisipasi krisis air bersih. Dia meminta semua pihak terkait duduk bersama mencari solusi terbaik.

Lebih lanjut Edi menambahkan, pihaknya berharap segera adanya  hujan buatan untuk membantu mengatasi kondisi kekeringan di Kabupaten Indramayu. Pasalnya, selain sungai Cimanuk yang menjadi sumber pengairan ditutup, musim hujan pada tahun ini juga dikhawatirkan mundur.

''Selain hujan buatan, kami juga berharap ada penyulingan air laut di Kabupaten Indramayu,'' kata Edi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement