REPUBLIKA.CO.ID, LUXEMBOURG -- Anggota Uni Eropa terpecah dalam mencari solusi peningkatan migrasi dalam beberapa waktu terakhir. Pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa di Luxembourg menemui kebuntuan dalam mencari respon bersama.
Sekitar 8.000 migran dan pengungsi akhirnya menginjakan kaki di Jerman pada Ahad (6/9). Menurut Ketua administrasi regional Upper Bavaria, Christoph Hillenbrand, sekitar 6.000 migran tiba di Munich pada dini hari dan 2.000 orang di kota lainnya dari perbatasan Austria.
Sebagian besar tiba di Munich dengan kereta, lainnya menuju Frankfurt dan Dortmund. Di sana mereka diberi akomodasi sementara, makanan juga air. Menurut polisi Munich, otoritas menolong pengungsi dengan prosedural di pusat registrasi darurat.
Sukarelawan dari Austria mulai bergerak dari Wina untuk mengirimkan makanan dan pasokan medis pada migran di Hungaria. Pihak berwenang Austria mengatakan ada sekitar 9.000 migran yang datang dari Hungaria.
Sebagian besar migran berasal dari Suriah, lainnya Irak dan Afganistan. Mereka disambut oleh penduduk yang simpati sambil membawa tulisan "Selamat datang di Munich". Mereka memberikan para migran coklat batangan, pisang atau roti gulung.
Gelombang migran ke Jerman tahun ini menjadi yang terbesar sejak perang Yugoslavia pada 1990. Diperkirakan jumlahnya mencapai 800 ribu orang, empat kali lipat dari jumlah tahun lalu.
Sementara Jerman terus menyeru keadilan dalam menanggung beban krisis migran, negara anggota mendesaknya berpegang teguh pada aturan Dublin. Setiap migran diharuskan mengajukan suaka di negara pertama yang mereka singgahi.