REPUBLIKA.CO.ID, Sampah plastik mulai marak di dunia, khususnya laut sejak setengah abad lalu. Penemuan peneliti yang dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences menunjukkan 99 persen dari semua spesies burung laut cenderung menelan plastik pada 2050 nanti.
"Ini adalah prediksi global pertama tentang bagaimana dampa plastik mengancam berbagai spesies, khususnya yang hidup di luat dan habitat sekitarnya," kata Chris Wilcox dari Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO), dilansir dari IFL Science, Senin (7/9).
Setiap tahun lebih dari 4,8 juta metrik ton sampah plastik masuk ke lautan. Sampah itu berupa tas, tutup botol, balon, serat plastik, hingga pakaian sintetis. Konsentrasinya mencapai 580 ribu sampah per kilometer (km) per segi.
Pada 1960, plastik ditemukan dalam saluran pencernaan kurang dari lima persen burung laut. Jumlah itu melonjak hingga 80 persen pada 2010. Burung-burung laut kadang keliru mengenali plastik sebagai makanan sehingga langsung menelannya dan menyebabkan usus impaksi dan kematian.
Sepanjang sejarah, 29 persen dari spesies burung pernah makan plastik. Jika studi sama dilakukan hari ini, tim peneliti memperkirakan bahwa 90 persen dari burung laut pernah makan plastik.
"Ini adalah jumlah besar dan benar-benar menyebabkan polusi," kata Wilcox.
Sampah plastik terbanyak ditemukan di Laut Selatan, tepi selatan Australia, Afrika Selatan, dan Amerika Selatan. Pengelolaan sampah efektif bisa mengurangi ancaman ini.