REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Kelompok milisi Al Shabaab menguasai sebuah kota yang cukup besar di Somalia Tengah setelah pasukan Uni Afrika meninggalkan daerah itu, Ahad (6/9).
Kota tersebut merupakan kota ketiga yang telah dikuasai pemberontak sejak Jumat. Kelompok yang berusaha untuk menggulingkan pemerintah dan memaksakan pelaksanaan hukum Islam secara ketat itu, tetap menjadi ancaman potensial di negara Tanduk Afrika itu bahkan setelah dipaksa keluar dari ibu kota Mogadishu pada 2011.
Pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika, AMISOM meninggalkan Buqda pada Sabtu (5/9) malam waktu setempat, kurang dari sebulan setelah mengambil alih kendali kota yang merupakan pusat ekonomi di wilayah Hiran dari Al Shabaab itu.
"Kami telah merebut Kota Buqda secara damai hari ini. Kota ini sekarang di bawah kendali kami," kata Juru Bicara Militer A Shabaab Sheikh Abdiasis Abu Musab
Seorang perwira senior militer Somalia Ahmed Nur mengakui pasukan militer telah meninggalkan kota itu, namun mengatakan hal tersebut dilakukan untuk terlibat dalam peperangan melawan Al Shabaab di tempat lain dan mereka akan kembali lagi di sana.
"AMISOM dan tentara kami telah pergi untuk meluncurkan operasi terhadap markas Al Shabaab di wilayah itu," katanya.
Penduduk mengatakan mereka telah diperlakukan secara kejam oleh kedua belah pihak, namun beberapa mengatakan mereka menyambut kembalinya Al Shabaab.
"Masalahnya adalah pemerintah tidak dapat menjaga kontrol dan tidak ingin Al Shabaab mengatur di kota ini," kata sesepuh setempat Nur Ibrahim.
Ia mengatakan pasukan pemerintah melakukan pemerkosaan, perampokan dan pembunuhan. Sementara Al Shabaab juga menghukum siapa saja yang menjual barang-barang kepada pemerintah.
Selama dua hari terakhir, Al Shabaab telah mengambil dua kota kecil di wilayah Shabelle yaitu, El Saliindi, 65 km selatan Mogadishu yang merupakan jalan ke Pelabuhan Marka dan Kuntuwarey dan akses dari ibu kota menuju Pelabuhan Barawe.