Senin 07 Sep 2015 19:34 WIB
Rupiah Melemah

Industri Telekomunikasi Diminta tak Bergantung Negara Lain

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Djibril Muhammad
Petugas sedang mengecek jalur telekomunikasi di ruangan Network Operation Center Telkomsel,Jakarta, Selasa (7/7).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Petugas sedang mengecek jalur telekomunikasi di ruangan Network Operation Center Telkomsel,Jakarta, Selasa (7/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif ECONIT Advisory Group Hendri Saparini menegaskan, pelaku industri telekomunikasi harus bisa menghadapi pelemahan kurs rupiah. Menurutnya, industri tersebut jangan terlalu bergantung pada negara lain.

Ia menjelaskan, sebenarnya pelemahan ekonomi Indonesia sudah terjadi sejak lama. Bahkan, pada 2008 negeri ini sempat krisis, dan berhasil diselamatkan oleh Cina. Namun kali ini tampaknya Indonesia harus mampu menyelesaikan permasalahan ekonominya sendiri.

"Saya rasa, mereka (negara lain) menyelamatkan ekonomi mereka sendiri, karena berbeda negara berbeda solusi," ujar Hendri dalam Focus Group Discussion (FGD) 'Mencari Alternatif Solusi terhadap Dampak Depresiasi Nilai Rupiah pada Industri Telekomunikasi', di Gedung Kemenkominfo, Jakarta, Senin, (7/9).

Hendri menyatakan, industri telekomunikasi sebenarnya dapat menjadi penguat perekonomian di tengah pelemahan rupiah. "Jadi dalam kondisi seperti sekarang, pemerintah harus memetakan industri mana yang dapat menjadi solusi jangka panjang dan jangka pendek," jelasnya.

Ia menegaskan, pemerintah harus memiliki industri yang diprioritaskan, sehingga dapat diketahui mana yang perlu diberikan insentif mana yang tidak. "Industri telekomunikasi ini sebenarnya merupakan investasi yang luar biasa," tutur Hendri.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement