REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonomi Indonesia masih jauh dari krisis meskipun perekonomian global sedang bergejolak. Sebab, daya tahan ekonomi Indonesia jauh lebih baik ketimbang saat krisis 1998 ataupun 2008.
Direktur Utama Bank Mandiri Tbk Budi Gunadi Sadikin mengatakan, masih kuatnya daya tahan ekonomi Indonesia bisa dilihat dari beberapa indikator. Contohnya adalah inflasi yang masih di kisaran 7 persen year on year. Pada 2008, kata dia, inflasi mencapai lebih dari 11 persen, sedangkan pada 1998 sebesar 60 persen.
Selain itu, tingkat pelemahan rupiah juga tidak separah saat krisis 1998. Kala itu, nilai tukar rupiah melonjak berkali-kali lipat. Kemudian, indeks saham juga hanya turun 20 persen saat ini. Sedangkan pada 2008 penurunannya mencapai 60 persen.
"Dari angka-angka itu, sudah jelas fundamental ekonomi kita masih lebih bagus," kata Budi dalam diskusi Daya Tahan Ekonomi Indonesia di Menteng, Jakarta Pusat, Senin (7/9).
Meski begitu, ujar Budi, daya tahan ekonomi Indonesia bisa semakin memudar apabila tidak bisa memperbaiki sentimen negatif. Menurutnya, hal tersebut bukan hanya menjadi tugas pemerintah, tapi juga menjadi tanggung jawab seluruh masyarakat Indonesia seperti para pengusaha.
Budi mengatakan, efek psikologis dan emosional memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap perekonomian ketimbang faktor fundamental. "Masalah psikologis bisa lebih dominan ketimbang faktor-faktor teknis," ujarnya.