Senin 07 Sep 2015 22:58 WIB

Konsumsi Makanan Manusia, Burung Liar Idap Kolesterol Tinggi

Burung ibis mengais makanan di keranjang sampah di Sydney.
Foto: abc
Burung ibis mengais makanan di keranjang sampah di Sydney.

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Pakar lingkungan mengingatkan warga berhenti berbagi makanan dengan burung atau unggas liar. Kebiasaan ini mengancam kelangsungan hidup unggas.

Banyak dari satwa itu mati karena kurang serat atau tinggi kadar kolesterolnya. Kebiasaan mengkonsumsi makanan manusia dalam jangka panjang dapat membunuh hewan, oleh karena itu saatnya menghentikan kebiasaan memberi makan pada hewan liar.

 

Pakar lingkungan di Sydney Scott Heiman mengatakan hewan liar tidak perlu diberi makan.

 

"Anda mengira melemparkan keripik pada burung laut itu bukan tindakan yang berbahaya, tapi keripik kentang yang anda berikan bisa menyebabkan burung itu mati terjatuh dari langit," kata Valentine.

 

Menurutnya petugas sering kali mendapati burung jatuh dari langit, seperti tertembak. Sampai-sampai harus dilakukan otopsi.

 

"Tapi setelah diteliti, ternyata burung itu bukan tewas tertembak, melainkan perutnya hanya mengandung sedikit makanan alami yang mengandung serat. Kadar kolesterol burung itu juga 10 kali lebih tinggi dibandingkan burung-burung lainnya," kata Heimann.

 

Sementara remah roti meski memiliki kadar kolesterol yang rendah, tetap saja dapat  memicu masalah lain.

 

"Roti tinggi kandungan gula dan tepung, dan kurang serat yang merupakan jenis makanan yang biasa mereka makan," kata Heiman.

 

Burung-burung yang perutnya terisi dengan roti dapat menyebabkan kekurangan vitamin dan kebiasaan mengkonsumsi roti juga tidak bagus untuk burung menurut Heiman.

 

Menurutnya tidak hanya remah roti tidak bagus untuk burung, tapi remah roti juga juga bisa menyebarkan penyakit kepada manusia jika air liur yang ditinggalkan burung di remah roti dan juga manusia.

 

Dan karena burung-burung ini berasal dari berbagai lokasi berbeda, burung -burung itu akhirnya terbiasa memakan makanan yang bukan merupakan pangan alami bagi lingkungan mereka.

 

Heiman merekomendasikan agar para pencinta burung, lebih baik menanam pohon atau menciptakan bebatuan daripada memberikan makanan. Kebiasaan memberi makan burung juga membuat burung liar menjadi tergantung pada makanan manusia, dan hal itu mendorong mereka beradaptasi dengan perilaku dan struktur sosial mereka.

Hal ini menurut Heimann sangat terlihat di lokasi kemah dan taman-taman nasional. Pada masa liburan, burung kookabura yang pemakan segala dan burung magpies memakan makanan sisa, roti dan biji-bijian untuk burung komersil.

 

Tapi begitu masa liburan selesai dan lokasi kembah sepi, burung-burung ini yang populasinya cukup banyak di kawasan itu tidak mendapatkan suplai makanan.

 

"Tidak hanya Anda menciptakan tingkat kepadatan populasi burung di suatu tempat, tapi hewan-hewan ini sekarang hanya bertengger dan membuat sarang di cekungan di daerah-daerah yang sebetulnya merupakan kawasan dengan populasi burung yang seimbang jika saja Anda tidak berkunjung ke kawasan itu,"

 

"Hewan-hewan itu bahkan memangsa tukik dan telur dari hewan lain."

 

"Mereka telah menurunkan kesempatan satwa lain untuk  bertahan hidup karena Anda memberi mereka makanan dengan keripik dan biji-bijian disana dan kemudian anda pergi,"

 

Jadi, menurut Heiman satu-satunya cara untuk mengatasi ini semua adalah jangan pernah lagi memberi makanan pada burung liar.

 

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/2015-09-07/konsumsi-makanan-manusia-burung-liar-idap-kolesterol-tinggi/1490388
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement