REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta -- Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah menilai ada upaya penggiringan isu untuk melakukan perombakan kursi pimpinan DPR.
Isu ini dengan menyerang pimpinan DPR RI yang sedang menjalankan dinas ke luar negeri menghadiri parlemen dunia di AS. Yaitu, memermasalahkan pertemuan rombongan DPR yang bertemu dengan pengusaha dari AS, Donald Trump.
"Kira-kira begitulah (penggiringan isu), ambil saja, sekarang lagi kosong, saya juga mau pergi dari kantor ini, hari ini kalau ada yang mau ambil kursinya, ambil saja," katanya di kompleks parlemen Senayan.
Fahri enggan mengomentari PAN yang dinilai beralih koalisi dengan bergabung ke pemerintah. Sebab, saat ini, menurut Fahri, ada yang lebih penting dari urusan perebutan kursi di Indonesia.
Yaitu soal bencana asap dan ancaman krisis ekonomi yang mengancam Indonesia. Sebelum menyatakan diri bergabung dengan pemerintah, PAN merupakan tulang punggung dari Koalisi Merah Putih (KMP). Dengan bergabungnya PAN ke pemerintah, kekuatan KMP di parlemen dimungkinkan akan berkurang dibanding KIH.
Seperti diketahui, 7 anggota DPR melaporkan dua pimpinan DPR Setya Novanto dan Fadli Zon ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD), dengan dugaan melanggar kode etik saat hadir dalam kampanye Donald Trump sebagai Capres Amerika Serikat beberapa waktu lalu.
Laporan resmi sudah dilayangkan ke MKD. Dari MKD, laporan itu akan ditindaklanjuti untuk membuktikan apakah dua pimpinan DPR tersebut melanggar kode etik kedewanan, yakni Peraturan DPR RI Nomor 1 tahun 2015, kode etik pasal 3 tentang integritas.
Tujuh anggota DPR tersebut berasal dari fraksi PDIP, Charles Honoris, Adian Napitupulu, Diah Pitaloka, dan Budiman Sudjatmiko. Dari fraksi Nasdem diwakili oleh Akbar Faisal, fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) oleh Amir Uskara, dan fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) oleh Maman Imanulhaq.