REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Barat harus melibatkan Presiden Suriah Bashar Al-Assad dalam memerangi Negara Islam (ISIS), kata Menteri Luar Negeri Austria pada Selasa (8/9), melanggar pandangan sebagian besar negara Barat, yang menyatakan Bashar adalah sumber masalahnya.
Tanggapan Sebastian Kurz dalam kunjungan kenegaraan ke Iran itu mencerminkan yang beberapa diplomat Eropa katakan secara pribadi dalam beberapa bulan, tapi mereka juga mengungkapkan perpecahan di antara negara-negara Barat atas cara menangani Bashar dan kemunculan pejuang garis keras empat tahun ke dalam perang, yang telah menewaskan seperempat juta dan mengusir 11 juta dari rumah mereka.
"Kita perlu pendekatan umum pragmatik dalam hal ini, termasuk keterlibatan Bashar dalam memerangi teror Negara Islam," kata Kurz kepada wartawan. "Kita tidak boleh lupa kejahatan Bashar tapi juga tidak melupakan pandangan pragmatis atas kenyataan bahwa dalam hal perang itu, kita berada di pihak sama," katanya.
Sementara pengutamaan Amerika Serikat di Suriah memerangi Negara Islam, bukan menggulingkan Bashar, Washington terjebak sikapnya bahwa perlakuan Bashar terhadap rakyatnya memicu kekerasan dan ia harus pergi. Pandangan juga dianut Inggris dan Prancis.
Pasukan pimpinan Amerika membom kedudukan Negara Islam di Suriah dan Irak selama setahun belakangan.
Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel Garcia Margallo pada Senin menyatakan perundingan dengan Bashar diperlukan untuk mengakhiri perang itu.
Beberapa pejabat Eropa secara pribadi menganjurkan berbicara dengan pemerintahnya dan Bashar menyatakan pejabat sandi Barat mengunjungi Damsyik. Kurz kemudian menjelaskan bahwa ia tidak melihat Bashar sebagai bagian dari penyelesaian jangka panjang, tapi ia harus ikut dalam setiap pembicaraan perdamaian.
Hassan Rouhani, Presiden Iran, yang bersama dengan Rusia mendukung Bashar, menyatakan mewujudkan perdamaian harus menjadi pengutamaan pertama.
Presiden Prancis Francois Hollande pada Senin mengulangi pandangannya bahwa Bashar bertanggung jawab atas keadaan di Suriah dan harus meninggalkan kekuasaan dalam "beberapa atau lain hal".
Rami Abdulrahman dari Pengamat Hak Asasi Manusia Suriah, yang berpusat di Inggris, menyatakan pemerintah Bashar, bukan Negara Islam, adalah masalah terbesar di Suriah. "Berapa anak-anak Suriah, berapa orang tewas dalam serangan bom tandan penguasa? Anda ingin menyertakan penjahat dalam hal itu? Sebagian besar orang di Suriah tewas oleh pemerintah Bashar," katanya.