REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Astronomi dan Hisab Rukyat Agus Mustofa berupaya mengajukan astrofotografi sebagai jalan tengah penyatuan metode hisab dan rukyat dalam penentuan awal bulan dalam penanggalan Hijriyah.
Seperti diketahui, isu penentuan awal bulan kerap muncul terutama berkaitan dengan perayaan hari besar umat Islam seperti Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Tak jarang, perbedaan pendapat dalam kriteria penentuan awal bulan berujung pada perbedaan perayaan hari-hari besar umat Islam itu.
"Astrofotografi diupayakan menjadi jalan tengah karena mewakili unsur hisab dan rukyat," ujar Agus ketika dihubungi ROL, Selasa (8/9).
Agus menjelaskan, astrofotografi adalah kombinasi astronomi dan fotografi. Astrofotografi menggunakan teknik pemotretan untuk mengabadikan benda langit. Terkait hisab rukyat, maka benda langit yang menjadi fokus adalah bulan.
Agus menyampaikan, astrofotografi berupaya menyodorkan bukti baik pada penganut metode hisab maupun rukyat. Ia mengatakan, rukyat tidak dipahami melihat hilal dengan mata telanjang tapi bisa juga dengan alat atau teropong. Dengan adanya bukti foto, kata Agus, maka aspek rukyat terwakili.
Sementara itu, aspek hisab pun terwakili karena pemotretan benda langit di siang hari membutuhkan ilmu hisab untuk menentukan derajat dan arah peneropongan. "Konsep wujudul hilal terwakili. Sementara rekaman foto yang dihasilkan bisa mewakili kriteria rukyat."